ACTA PILATI , Kesaksian penting Pontius Pilatus, Laporan resmi kepada Kaisar Tiberius, tentang PENYALIBAN KRISTUS.
oleh Kursus Alkitab Cuma-Cuma pada 6 April 2012 pukul 12:46 ·
Publikasi ini akan disambut oleh ribuan orang yang telah melihat referensinya, dan semua orang yang menerima pemberitahuan awal tentang keberadaannya. Tanpa mengaku bahwa Acta Pilati adalah bahan tambahan untuk sejumlah rincian melengkapi Injil, mereka tetap akan diam, selamanya, dari semua yang sinis bertanya, mengapa sejarawan dunia belum menyebutkan pengenalan agama Kristen di dunia.
ACTA PILATI
Kesaksian penting Pontius Pilatus, baru-baru ini ditemukan,
Laporan resmi kepada Kaisar Tiberius, tentang PENYALIBAN KRISTUS.
---------
Diedit oleh
Rev. Geo. Sluter, A. M.
Mantan Sekretaris Misi, Presbiterian Sinode Missouri.
PONTIVS PILATVS, Yang Mulia Kaisar Tiberius; Salam : Kejadian-kejadian terbaru di provinsi saya sedemikian rupa, sehingga saya berpikir saya akan memberikan rincian atas apa yang telah terjadi, saya tidak heran jika apa yang terjadi dalam perjalanan saat ini dapat mengubah nasib bangsa kita, karena tampaknya akhir-akhir ini para dewa seolah-olah berhenti melindungi kami. Saya hampir siap untuk mengatakan; " Terkutuklah hari ketika saya memberi jabatan pada prokurator Romawi Valerius Gratus di pemerintahan ". Setiba saya di Yerusalem, saya menempati istana Pretorium dan memerintahkan untuk menyiapkan pesta besar, kemudian saya mengundang para pejabat penting di Galilea, juga Imam besar serta pengikutnya. Pada jam yang telah ditentukan tidak ada undangan yang muncul. Ini merupakan penghinaan atas martabat saya . Beberapa hari setelah itu, Imam Besar berkenan mengunjungi saya. Kelakuannya seperti kuburan dan menipu. Dia berpura-pura mengatakan bahwa agamanya melarang dia dan pembantu untuk duduk makan semeja bersama seorang Romawi dan untuk mempersembahkan korban curahan dengan mereka. Saya pikir saya perlu menerima alasannya tetapi saya yakin bahwa orang-orang jajahan orang Romawi ini telah menyatakan diri musuh-musuh para penjajah. Bagi saya dari semua kota yang dapat ditaklukkan, Yerusalem adalah yang paling sulit untuk diperintah. Rakyatnya orang-orang yang sangat gelisah dan saya kuatir setiap saat dapat timbul pemberontakan. Untuk menekan situasi itu saya hanya memiliki satu centurion dan beberapa prajurit. Saya meminta bantuan dari pejabat Siria akan tetapi ia menjawab bahwa dia sendiri kekurangan bala tentara untuk mempertahankan propinsinya sendiri. Haus dan tak pernah puas akan penaklukan untuk memperluas kerajaan — ditambah ketidakmampuan mempertahankan ketentraman di daerah — ini dapat mengakibatkan keruntuhan pemerintahan kita.
Dari banyak desas-desus yang saya dengar, satu yang khususnya menarik perhatian saya ialah, mereka berkata bahwa ada seorang pemuda telah muncul di Galilea dan berkhotbah tentang ajaran baru dengan tutur kata sopan, sedangkan pria tersebut mengatakan bahwa Ia diutus oleh Allah. Sebelumnya saya kuatir bahwa alasan dari ajarannya adalah untuk menghasut rakyat menentang orang Romawi, tetapi segera kekhawatiran saya mereda, karena Yesus dari Nazaret itu berbicara sebagai kawan bagi orang-orang Romawi daripada orang-orang Yahudi.
Pada suatu hari ketika saya melintasi alun-alun di Siloe, saya melihat kerumunan orang banyak, ditengah kerumunan orang-orang itu saya melihat seorang pemuda bersandar pada pohon dan dengan tenang bercakap-cakap kepada banyak orang, saya diberitahu itu adalah Yesus. Saya bisa dengan mudah menduga, karena perbedaan yang mencolok antara dia dengan para pendengarnya. Rambut berwarna emas dan janggutnya memberi penampilan surgawi. Ia kurang lebih berumur 30 tahun dan saya tidak pernah melihat raut wajah yang begitu tenang dan jernih, perbedaan yang amat mencolok dengan para pendengarnya yang berkulit coklat dan bercambang hitam. Karena tak ingin mengganggu dia dengan kehadiranku, saya melanjutkan perjalanan saya, tetapi menunjukkan kepada sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan mendengarkan. Nama sekretaris saya adalah Maulius. Ia seorang cucu dari perwira yang berpangkalan di Etruria, yang sedang menunggu Catilina. Manlius telah bertahun-tahun menjadi penduduk Yudea dan fasih berbicara bahasa Ibrani. Saya menyukainya, ia seorang yang dapat dipercaya. Ketika saya memasuki Istana Pretorium saya menemukan Manlius, ia sedang mengulangi khotbah yang Yesus ajarkan di Siloe. Belum pernah saya mendengar di Pettico, atau membaca sesuatu dalam filsafat yang dapat dibandingkan dengan ajaran Yesus.
Salah satu dari sekian banyak pembangkang Yahudi di Yerusalem bertanya kepada Yesus, apakah sesuai dengan hukum membayar pajak kepada Kaisar, Yesus menjawab: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang milik Kaisar, dan kepada Allah hal-hal yang menjadi milik Allah." Saya memberinya begitu banyak kebebasan oleh karena kebijaksanaan dalam cara berbicaranya ketika sedang berkhotbah. Saya mempunyai wewenang untuk menangkap dan mengasingkan ke Pontus, tetapi ini pasti akan bertentangan dengan keadilan yang selalu mewarnai karakter Romawi. Pria ini bukanlah seorang pemberontak atau penghasut. Saya bahkan memberinya kemurahan serta perlindungan tanpa sepengetahuannya. Dia bebas dalam bertindak, berbicara, mengadakan pertemuan-pertemuan, memilih murid-murid diantara rakyat tanpa halangan dari Kekonsulan. Apabila kelak terjadi — semoga dewa-dewa menghindarkan takdirnya — bahwa agama orang tua kita disisihkan oleh agama Yesus, semoga, kiranya atas dasar kebijaksanaan ini bahwa orang Romawi akan bertambah pengetahuannya, sedangkan saya, pribadi fana ini, adalah alat dari yang disebutkan oleh orang-orang Ibrani nubuatan dan yang kita sebut, nasib.
Akan tetapi kebebasan yang Yesus miliki sangat menekan orang Yahudi, bukan yang miskin, tetapi mereka yang kaya dan berkuasa. Kepada mereka Yesus bertindak amat keras. Karena alasan-alasan politiklah kebebasan orang Nazaret itu tidak dikekang. "Hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi", dia pernah berkata, " Hai kamu orang munafik. " keturunan ular beludak , kamu seperti kuburan yang dicat putih ". Pada kesempatan lain ia tertawa menghina mengenai sedekah dari orang-orang terkemuka dan berkata kepada mereka bahwa pemberian seorang janda lebih berharga dimata Allah.
Setiap hari datang pengaduan di istana Pretorium mengenai umpatan-umpatan Yesus. Juga terdapat berita bahwa akan terjadi musibah atas dirinya, oleh sebab bukan untuk pertama kali orang Yerusalem merajam mereka yang menamakan diri Rasul. Apabila istana Pretorium tidak menegakkan hukum mereka akan melaporkan kepada Kaisar.
Meskipun begitu tindakan saya dibenarkan oleh Senat, setelah perang Parthia saya mendapatkan bala bantuan. Tidak mampu untuk menahan pemberontakan, saya memutuskan mengambil sikap yang akan memulihkan ketentraman di kota, tanpa menimbulkan kesan ketidakmampuan istana Pretorium.
Saya mengajukan permohonan tertulis kepada Yesus untuk sebuah pembicaraan di istana Pretorium. Anda tahu bahwa dalam diri saya mengalir darah campuran Spanyol dan Roma, meskipun saya tidak dapat beremosi seperti anak kecil atau memiliki perasaan takut. Akan tetapi ketika orang Nazaret itu tiba, saya sedang berjalan-jalan di bangsal istana, saya berdiri terpaku seolah-olah sebuah tangan besi diatas marmer memegang kaki saya, seluruh tubuh saya gemetar seperti seorang penjahat yang bersalah, sedangkan orang Nazaret sendiri tenang dan lembut bagaikan seorang yang tidak bersalah. Yesus datang menghampiri saya dan dengan sikapnya ia seakan-akan berkata : " Inilah Aku ". Sejenak saya kagum dan hormat pada penampilan luar biasa dari pria yang elok ini — penampilan yang asing bagi para pelukis kami yang dapat memberi bentuk kepada para dewa atau para pahlawan kami,
" Yesus, " akhirnya saya berkata — dengan lidah terbata-bata — " Yesus orang Nazaret, dalam tiga tahun ini saya memberimu kebebasan untuk berbicara dan ini tidaklah saya sesali. Ucapan-ucapanmu laksana orang berhikmat, saya tidak tahu apakah engkau pernah membaca Socrates atau Plato, tetapi yang saya ketahui, bahwa dalam setiap pembicaraanmu terdapat kesederhanaan yang agung yang menempatkan engkau jauh melebihi para filsuf. Kaisar telah mempelajari persoalannya, saya sebagai wakilnya di kota ini sangat senang dapat memberi kebebasan yang patut untukmu, meskipun tidak saya sangkal bahwa dengan khotbah-khotbahmu, engkau mempunyai banyak musuh, ini tidaklah mengherankan. Socrates juga mempunyai banyak musuh, dan ia wafat sebagai korban karena kebencian mereka. Kebencian musuhmu dua kali lipat, karena khotbahmu yang keras yang ditujukan pada mereka, kepada saya mereka marah sebab kebebasan besar yang saya berikan kepadamu. Mereka bahkan melaporkan bahwa kita bersekongkol secara rahasia dengan tujuan untuk mengambil hak-hak orang Yahudi ( Ibrani ) yang sedikit masih ditinggalkan oleh kekuasaan Roma bagi — mereka ".
Permintaan saya — saya tidak mengatakan ini perintah — lebih berhati-hatilah juga lebih lunaklah disaat-saat mendatang, ini berkaitan dengan timbulnya rasa keangkuhan dari para musuhmu. Akhirnya mereka akan menghasut rakyat melawan engkau dan mereka akan memaksa saya untuk menegakkan hukum.
Dengan tenang orang Nazaret menjawab: " Raja dari bumi, kata-kata anda bukanlah kata-kata bijak. Katakan kepada sungai berhentilah mengalir disela-sela bukit agar, Engkau tidak merusak pohon-pohon di lembah. Lembah itu akan menjawab, bahwa mereka harus taat pada hukum Pencipta. Hanya Allah yang tahu kemana sungai akan mengalir. Sebenarnya, saya berkata kepadamu, sebelum Mawar Sharon merekah, darah akan mengalir ".
"Darahmu tidak akan pernah mengalir " jawabku emosi. " Sebab kebijaksanaanmu, engkau lebih berharga dalam pandanganku daripada orang-orang Farisi yang angkuh dan para pemberontak yang menyalahgunakan kebebasan yang diberikan oleh Roma, mereka memberontak kepada Kaisar. Para bedebah yang kurang ajar ini tidak mengerti bahwa mereka laksana srigala Tiber yang sering menggunakan bulu domba. Saya akan melindungimu dari mereka. Istana Pretoriumku terbuka untukmu sebagai tempat perlindungan, tempat itu telah disucikan".
Yesus menggelengkan kepalanya, dan berkata, lembut dan serta sebuah senyum ilahi : "Apabila hari itu tiba, tidak akan ada tempat bagi Anak Manusia, diatas bumi juga tidak dibawah bumi. Perlindungan bagi yang akan Diadili ada diatas ", sambil menunjuk kelangit. Apa yang tertulis dalam buku para nabi harus terlaksana".
"Hai anak muda ", saya menjawab, lembut, " engkau memaksa saya merubah permohonan saya menjadi satu perintah, Demi keamanan propinsi. yang menjadi perhatian saya , menuntut hal itu. Engkau harus lebih lunak dalam khotbah-khotbahmu, Janganlah melanggar. Perintah-perintahku yang telah kau ketahui. Semoga keberuntungan menyertai kamu, Selamat tinggal ".
" Raja dari bumi ", Yesus menjawab , " Saya tidak datang untuk membawa perang dibumi , tetapi kedamaian, kasih dan sejahtera. Saya dilahirkan pada saat yang sama, ketika Kaisar Augustus memberi perdamaian kepada Imperium Romawi. Penganiayaan bukan datang dari saya, saya mengharapkannya dari orang-orang lain, dan saya akan menyambut dengan patuh sesuai kehendak Bapaku, yang telah memberi petunjuk kepadaku. Sebab bukanlah dalam kekuasaanmu untuk mengambil korban dari kaki Tabernakel perdamaian ". Sambil berkata, ia menghilang seperti bayangan terang di belakang tirai bangsal.
Para musuh Yesus segera datang dengan usul pada Herodes, yang memerintah di Galilea, untuk melampiaskan dendam mereka di Nazaret. Apabila Herodes menuruti keinginannya ia akan memerintahkan Yesus segera dihukum mati, akan tetapi kebanggaan atas kemuliaannya sebagai raja membuat ia takut melakukan perbuatan yang mungkin mengurangi pengaruhnya dengan Senat.
Pada suatu hari Herodes datang kepadaku di istana Pretorium, setelah pembicaraan yang tak berarti ia mulai berkemas sambil bertanya kepada saya, bagaimana pendapat saya mengenai orang Nazaret itu . Saya menjawab, saya kira bahwa Yesus adalah seorang Nabi yang terbesar yang sering muncul diantara bangsa-bangsa. Ajaran-ajaran Yesus tidak menghujat Allah dan Roma berniat untuk memberinya kebebasan berbicara yang memang sesuai dengan tindakannya. Herodes tersenyum jahat, dan memberi hormat saya dengan hormat ironis, lalu meninggalkan saya.
Pesta besar orang Yahudi telah dekat, sebab pada perayaan paskah ada banyak orang di yerusalem, maka mereka mempunyai niat untuk membunuh Yesus pada kesempatan ini. Kota dipenuhi oleh massa yang menginginkan kematian orang Nazaret ini. Para pesuruh saya mengabarkan bahwa harta dari bait telah dipakai untuk menyogok rakyat, bahaya semakin mengancam. Saya menulis kepada pejabat di Siria untuk mengirimkan 100 tentara dan sebanyak mungkin pasukan berkuda, tetapi ia menolak. Saya tidak berdaya karena tinggal hanya dengan sedikit prajurit, terlalu lemah untuk menekan pergolakan, maka tidak ada pilihan lain selain membiarkan mereka.
Mereka menahan Yesus dan rakyat yang bergejolak ini terasa tidak merasa takut kepada pihak kekonsulan, bersama para pemimpinnya mereka yakin bahwa saya masih bekerja demi kepentingan Yesus, mereka berteriak-teriak : " pantek Dia!, pantek Dia!" . Tiga partai besar sedang bersatu melawan Yesus, yang pertama ialah orang-orang Herodian lalu orang-orang Saduki, sikap memberontaknya dengan dua alasan mereka membenci orang Nazaret itu dan juga jenuh dengan kungkungan pemerintah Roma. Mereka tak pernah dapat mengampuni saya, karena saya telah masuk dalam kota suci dengan panji-panji berlambang Romawi, walaupun saya akui telah berbuat suatu kesalahan fatal, mereka berpendapat bahwa hal ini sama kejinya dengan menghujat Allah, ada dendam baru terbentuk dalam diri mereka. Saya mengusulkan untuk menggunakan sebagian harta dari bait suci demi kesejahteraan umum, pendapat saya di sambut dengan wajah-wajah yang seram.
Partai ketiga, ialah orang-orang Parisi, musuh-musuh Yesus yang tak dapat dielakkan lagi. Selama tiga tahun mereka menelan dengan hati yang tertusuk semua kata-kata keras yang diungkit dan diarahkan pada mereka disetiap kesempatan oleh orang Nazaret ini. Terlalu lemah dan licik untuk bertindak sendiri, mereka bersembunyi dibalik keributan orang-orang Saduki dan Herodian.
Selain tiga partai besar ini, saya masih harus menangani rakyat yang membandel yang selalu bersedia menggabungkan diri kedalam pemberontakan untuk mendapatkan keuntungan dari keributan yang sedang berlangsung . Yesus diseret kehadapan Imam Besar dan ia dihukum mati. Disaat itulah Imam Besar Khayafas memamerkan ketundukannya dengan sikap yang menghina. Dia mengirimkan tawanannya kepada saya untuk menandaskan keputusan hukumnya dan melaksanakan vonisnya. Saya memberi jawaban, karena Yesus orang Galilea, dia berada dibawah wilayah hukum Herodes. Si munafik yang licin ini dengan ketundukannya yang dibuat-buat menyatakan bahwa ia mengutamakan dan menempatkan kasus ini pada tangan Walikota yang ditunjuk oleh Kaisar. Dengan demikian ia menaruh nasib pria ini dalam tangan saya. Segera Istana saya menjadi benteng yang dilengkapi prajurit - prajurit. Setiap saat jumlah para pembangkang bertambah , yerusalem dibanjiri oleh massa yang datang dari pegunungan dan kota Nasaret. Seluruh Yudea masuk membanjiri kota suci itu.
Saya mengambil seorang istri, seorang perawan, yang mengatakan bahwa ia dapat melihat ke masa depan. Sambil menangis ia rebah didepan kaki saya, mengatakan ; "Berhati-hatilah, waspadalah, jangan menjamah orang itu, sebab dia suci. Kemarin malam saya lihat dalam penglihatan, ia berjalan diatas air , ia terbang dengan sayap -sayap angin, ia bercakap-cakap dengan awan-awan gelap, gemuruh laut dan semuanya tunduk dan patuh kepadanya. Lihatlah ! sungai dilembah Kidron dialiri darah, patung-patung kaisar diselimuti kegelapan. Pilar-pilar dari Imperium berpindah dan matahari dibalut oleh kesedihan, seperti perawan Festal dalam kuburnya. Oh! Pilatus. Bencana sedang menunggumu jika engkau tidak menghiraukan permohonanku. Ancamlah mereka dengan kutukan Senat Romawi dan para prajurit kaisar. "
Sementara wanita ini berbicara, tangga marmer itu di jejali oleh massa. Orang Nazaret itu dibawa kembali kehadapan saya. Di ikuti oleh para penjaga , saya memasuki ruang sidang, bertanya kepada rakyat dengan suara keras : " Apa keinginan kalian ? ".
Jawabnya: " Kematian orang Nazaret !".
Apa yang dituduhkan kepadanya ?. Dia menghujat Allah; meramalkan kehancuran Bait Suci dan menamakan dirinya Anak Allah, "Mesias raja orang Yahudi ! ".
Untuk itu saya menjawab: " Pengadilan Romawi tidak memberikan hukuman mati untuk tuduhan semacam itu ", tetapi " pantek Dia, pantek Dia", teriak mereka tanpa memberi perhatian pada apa yang telah diucapkan. Teriakkan massa yang bodoh ini membuat lantai istana berguncang, tetapi hanya ada satu yang tetap tenang di tengah kerumunan orang banyak, dialah orang Nazaret itu.
Setelah usaha yang gagal untuk melindungi dari kemarahan para pengejarnya yang tak kenal ampun, saat itulah saya mengambil keputusan yang saya anggap itu satu-satunya cara yang dapat menyelamatkan hidupnya. Saya perintahkan untuk mencambuknya. Setelah meminta sebuah baskom, dihadapan khalayak ramai saya membasuh tangan saya dengan demikian menyatakan ketidak setujuan saya. Tetapi sia-sia saja , kematiannya yang diinginkan oleh para perusuh ini. Didalam urusan-urusan dalam negeri seringkali saya melihat meluapnya emosi rakyat , tetapi tidak ada yang dapat menandingi apa yang sedang terjadi saat ini. Dapat dikatakan pada kesempatan ini semua bayang-bayang Hades yang menakutkan sedang berkumpul di Yerusalem.
Massa dapat disebutkan tidak berjalan, tetapi terbang laksana angin puyuh, bergelora seperti ombak, dari depan rumah kekonsulan hingga di Gunung Zion , memanggil , berteriak, menjerit seperti yang tidak pernah didengar. Menjelang jam ke-enam suasana menjadi remang-remang dan kegelapan datang seperti di musim salju, juga pernah terjadi disaat kematian Julius Caesar. Hal ini sama seperti kegelapan pada bulan Maret.
Saya, walikota dari propinsi yang bergolak ini, bersandar pada tiang bangsal istana, menatap kearah kegelapan yang mengerikan. Para barbar yang kesetanan ini sedang menyeret orang Nazaret yang tak bersalah itu ketempat penghukuman. Semuanya disekitar saya jadi sunyi seperti tidak ada kehidupan. Yerusalem seakan-akan memuntahkan penduduknya keluar melalui kuburan, menuju ke Bukit Tengkorak. Perasaan kosong dan sedih mencekam dalam diri saya. Pengawal saya bergabung dengan pasukan seratus (senturion) untuk mengesankan kekuasaan seraya mengusahakan ketentraman. Saya tinggal sendiri dan dihati saya yang sedih mengatakan bahwa apa yang sedang terjadi, dapat disebutkan sejarah dari dewa-dewa daripada sejarah manusia.
Terdengar teriakan berasal dari Golgota, yang dibawa oleh angin yang menandakan pergumulan dengan kematian yang belum pernah didengar oleh telinga manusia yang berkematian. Awan gelap turun diatas rumah-rumah dan menyebar luas kepenjuru kota, semuanya seperti diselimuti dengan kerudung hitam. Begitu dahsyatnya tanda langit dan bumi, menyebabkan peramal (Aeropagitin) berkata: " Apakah pencipta alam sedang menderita, sedang berjalan memakai jubah menuju gerbang Golgota ". Kerumunan orang banyak berbalik pulang, walaupun masih belum tentram, dalam kebisuan, tertekan dan kacau pikiran. Apa yang telah mereka saksikan membuat mereka takut dan penuh penyesalan.
Saya juga melihat kelompok pasukan Romawi, lewat dengan sedih. Panji-panji menutup lambang Roma pertanda keresahan dan berkabung, saya mendengar para prajurit mengucapkan kata-kata aneh yang tidak dapat saya pahami. Orang lain menceritakan keajaiban-keajaiban seperti terjadi ketika orang Romawi memperoleh kemenangan karena kehendak para dewa. Kelompok-kelompok pria dan wanita sesekali menoleh dan melihat ke gunung berharap akan melihat keajaiban baru lagi.
Saya kembali ke Istana Pretorium itu, sedih dan termenung. Seraya berjalan mendaki anak tangga yang masih berlumuran darah orang Nazaret itu - Saya menemukan seorang pria tua sedang jongkok dan memohon, dan dibelakangnya ada beberapa wanita yang sedang menangis. Dia merebahkan diri dibawah kaki saya dan menangis dengan sedihnya. Saya terharu melihat melihat seorang pria tua menangis.
"Bapa," kataku lembut kepadanya, '' Siapa kamu dan apa keinginanmu? "
"Saya Yusuf dari Arimatea," jawabnya, "dan saya datang untuk mohon, pada lutut saya, ijinkan untuk menguburkan Yesus dari Nazaret."
"Permohonanmu dikabulkan," kataku padanya, dan pada saat yang sama memerintahkan Manlius untuk mengambil beberapa tentara dengan dia untuk menolong melaksanakan pemakaman dan mencegah kemungkinan tubuhnya dinajiskan.
Beberapa hari setelah itu, makam itu ditemukan kosong. Muridnya mengabarkan di seluruh negeri bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, seperti yang telah diramalkan. Akhirnya tinggal tugas saya untuk melaporkan kejadian yang patut disesalkan ini. Saya melakukannya di malam hari setelah peristiwa itu terjadi dan menghentikannya ketika hari mulai fajar. Pada saat itu saya mendengar bunyi sangkakala yang melagukan: "Dewa-dewa para Pemburu" (Mars Diana), memukul telingaku. Dengan memandang kearah Gerbang Caesar, saya melihat sebuah rombongan prajurit dan dari jarak yang dekat terdengar bunyi Mars Caesar. Mereka adalah bala bantuan yang diharapkan. Dua ribu tentara pilihan, telah berjalan sepanjang malam terus berbaris agar dapat mempercepat kedatangannya.
"Seperti telah diputuskan oleh nasib," teriak saya, sambil meremas-remas tangan saya, bahwa ketidakadilan besar ini harus terjadi, dan untuk menghindari kejadian kemarin, justru "hari ini" datang bala bantuan itu. Suratan yang mengerikan, betapa seringnya engkau mempermainkan masalah manusia!.
Sebuah kenyataan apa yang diucapkan, orang Nazaret itu, ketika ia bergumul menggeliat di kayu salib : "Telah terlaksana."