Posted by : Suria - Pontianak Bersinar

Kamis, 17 Mei 2012

ACTA PILATI , Kesaksian penting Pontius Pilatus, Laporan resmi kepada Kaisar Tiberius, tentang PENYALIBAN KRISTUS.

oleh Kursus Alkitab Cuma-Cuma pada 6 April 2012 pukul 12:46 ·
Sebagai kesaksian non-alkitab paling kuno tentang Kristus — kemungkinan bahkan yang paling awal daripada kitab-kitab Injil dan Surat-surat rasul — hal ini akan dibaca dengan perasaan takjub dan bahkan kagum.
Publikasi ini akan disambut oleh ribuan orang yang telah melihat referensinya, dan semua orang yang menerima pemberitahuan awal tentang keberadaannya. Tanpa mengaku bahwa Acta Pilati adalah bahan tambahan untuk sejumlah rincian melengkapi Injil, mereka tetap akan diam, selamanya, dari semua yang sinis bertanya, mengapa sejarawan dunia belum menyebutkan pengenalan agama Kristen di dunia.



ACTA PILATI
Kesaksian penting Pontius Pilatus, baru-baru ini ditemukan,
Laporan resmi kepada Kaisar Tiberius, tentang PENYALIBAN KRISTUS.
  ---------
Diedit oleh
Rev. Geo. Sluter, A. M.  
Mantan Sekretaris Misi, Presbiterian Sinode Missouri.


PONTIVS PILATVS, Yang Mulia Kaisar Tiberius; Salam : Kejadian-kejadian terbaru di provinsi saya sedemikian rupa, sehingga saya berpikir saya akan memberikan rincian atas apa yang telah terjadi, saya tidak heran jika apa yang terjadi dalam perjalanan saat ini dapat mengubah nasib bangsa kita, karena tampaknya akhir-akhir ini para dewa seolah-olah berhenti melindungi kami. Saya hampir siap untuk mengatakan; " Terkutuklah hari ketika saya memberi jabatan pada prokurator Romawi Valerius Gratus di pemerintahan ". Setiba saya di Yerusalem, saya menempati istana Pretorium dan memerintahkan untuk menyiapkan pesta besar, kemudian saya mengundang para pejabat penting di Galilea, juga Imam besar serta pengikutnya. Pada jam yang telah ditentukan tidak ada undangan yang muncul. Ini merupakan penghinaan atas martabat saya . Beberapa hari setelah itu, Imam Besar berkenan  mengunjungi saya. Kelakuannya seperti kuburan dan menipu. Dia berpura-pura mengatakan bahwa agamanya melarang dia dan pembantu untuk duduk makan semeja bersama seorang Romawi dan untuk mempersembahkan korban curahan dengan mereka. Saya pikir saya perlu menerima alasannya tetapi saya yakin bahwa orang-orang jajahan orang Romawi ini telah menyatakan diri musuh-musuh para penjajah. Bagi saya dari semua kota yang dapat ditaklukkan, Yerusalem adalah yang paling sulit untuk diperintah. Rakyatnya orang-orang yang sangat gelisah dan saya kuatir setiap saat dapat timbul pemberontakan. Untuk menekan situasi itu saya hanya memiliki satu centurion dan beberapa prajurit. Saya meminta bantuan dari pejabat Siria akan tetapi ia menjawab bahwa dia sendiri kekurangan bala tentara untuk mempertahankan propinsinya sendiri. Haus dan tak pernah puas akan penaklukan untuk memperluas kerajaan — ditambah ketidakmampuan mempertahankan ketentraman di daerah — ini dapat mengakibatkan keruntuhan pemerintahan kita.

Dari banyak desas-desus yang saya dengar, satu yang khususnya menarik perhatian saya ialah, mereka berkata bahwa ada seorang pemuda telah muncul di Galilea dan berkhotbah tentang ajaran baru dengan tutur kata sopan, sedangkan pria tersebut mengatakan bahwa Ia diutus oleh Allah. Sebelumnya saya kuatir bahwa alasan dari ajarannya adalah untuk menghasut rakyat menentang orang Romawi, tetapi segera kekhawatiran saya mereda, karena Yesus dari Nazaret itu berbicara sebagai kawan bagi orang-orang Romawi daripada orang-orang Yahudi.

Pada suatu hari ketika saya melintasi alun-alun di Siloe, saya melihat kerumunan orang banyak, ditengah kerumunan orang-orang itu saya melihat seorang pemuda bersandar pada pohon dan dengan tenang bercakap-cakap kepada banyak orang, saya diberitahu itu adalah Yesus. Saya bisa dengan mudah menduga, karena perbedaan yang mencolok antara dia dengan  para pendengarnya. Rambut berwarna emas dan janggutnya memberi penampilan surgawi. Ia kurang lebih berumur 30 tahun dan saya tidak pernah melihat raut wajah yang begitu tenang dan jernih, perbedaan yang amat mencolok dengan para pendengarnya yang berkulit coklat dan bercambang hitam. Karena tak ingin mengganggu dia dengan kehadiranku, saya melanjutkan perjalanan saya, tetapi menunjukkan kepada sekretaris saya untuk bergabung dengan mereka dan mendengarkan. Nama sekretaris saya adalah Maulius. Ia seorang cucu dari perwira yang berpangkalan di Etruria, yang sedang menunggu Catilina. Manlius telah bertahun-tahun menjadi penduduk Yudea dan fasih berbicara bahasa Ibrani. Saya menyukainya, ia seorang yang dapat dipercaya. Ketika saya memasuki Istana Pretorium saya menemukan Manlius, ia sedang mengulangi khotbah yang Yesus ajarkan di Siloe. Belum pernah saya mendengar di Pettico, atau membaca sesuatu dalam filsafat yang dapat dibandingkan dengan ajaran Yesus.

Salah satu dari sekian banyak pembangkang Yahudi di Yerusalem bertanya kepada Yesus, apakah sesuai dengan hukum membayar pajak kepada Kaisar, Yesus menjawab: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang milik Kaisar, dan kepada Allah hal-hal yang menjadi milik Allah."  Saya memberinya begitu banyak kebebasan oleh karena kebijaksanaan dalam cara berbicaranya ketika sedang berkhotbah. Saya mempunyai wewenang  untuk menangkap dan mengasingkan ke Pontus, tetapi ini pasti akan bertentangan dengan keadilan yang selalu mewarnai karakter Romawi. Pria ini bukanlah seorang pemberontak atau penghasut. Saya bahkan memberinya kemurahan serta perlindungan tanpa sepengetahuannya.  Dia bebas dalam bertindak, berbicara, mengadakan pertemuan-pertemuan, memilih murid-murid diantara rakyat tanpa halangan dari  Kekonsulan. Apabila kelak terjadi — semoga dewa-dewa menghindarkan takdirnya  — bahwa agama orang tua kita disisihkan oleh agama Yesus, semoga, kiranya atas dasar kebijaksanaan ini bahwa orang Romawi akan bertambah pengetahuannya, sedangkan saya, pribadi fana ini, adalah alat dari yang disebutkan oleh orang-orang Ibrani nubuatan dan yang kita sebut, nasib.

Akan tetapi kebebasan yang Yesus miliki sangat menekan orang Yahudi, bukan yang miskin, tetapi mereka yang kaya dan berkuasa. Kepada mereka Yesus bertindak amat keras. Karena alasan-alasan politiklah kebebasan orang Nazaret itu tidak dikekang. "Hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Parisi", dia pernah berkata, " Hai kamu orang munafik. " keturunan ular beludak , kamu seperti kuburan yang  dicat putih ". Pada kesempatan lain ia tertawa menghina mengenai sedekah dari orang-orang terkemuka dan berkata kepada mereka bahwa pemberian seorang janda lebih berharga dimata Allah.

Setiap hari datang pengaduan di istana Pretorium mengenai umpatan-umpatan  Yesus. Juga terdapat berita bahwa akan terjadi musibah atas dirinya, oleh sebab bukan untuk pertama kali orang  Yerusalem merajam mereka yang menamakan diri Rasul.  Apabila istana Pretorium tidak menegakkan hukum mereka akan melaporkan kepada Kaisar.
Meskipun begitu tindakan saya dibenarkan oleh Senat, setelah perang Parthia saya mendapatkan bala bantuan. Tidak mampu untuk menahan pemberontakan, saya memutuskan mengambil sikap yang akan memulihkan ketentraman di kota, tanpa menimbulkan kesan ketidakmampuan istana Pretorium.

Saya mengajukan permohonan tertulis kepada Yesus untuk sebuah pembicaraan di istana Pretorium. Anda tahu bahwa dalam diri saya mengalir darah campuran Spanyol dan Roma, meskipun saya tidak dapat beremosi seperti anak kecil atau memiliki perasaan takut. Akan tetapi ketika orang Nazaret itu tiba, saya sedang berjalan-jalan di bangsal istana, saya berdiri terpaku seolah-olah sebuah tangan besi diatas marmer memegang kaki saya, seluruh tubuh saya gemetar seperti seorang penjahat yang bersalah, sedangkan orang Nazaret sendiri tenang dan lembut bagaikan seorang yang tidak bersalah. Yesus datang menghampiri saya dan dengan sikapnya ia seakan-akan berkata : " Inilah Aku ". Sejenak saya kagum dan hormat pada penampilan luar biasa dari pria yang elok ini — penampilan yang asing bagi para pelukis kami yang dapat memberi bentuk kepada para dewa atau para pahlawan kami,

" Yesus, " akhirnya saya berkata — dengan lidah terbata-bata — " Yesus orang Nazaret, dalam tiga tahun ini saya memberimu kebebasan untuk berbicara dan ini tidaklah saya sesali. Ucapan-ucapanmu laksana orang berhikmat, saya tidak tahu apakah engkau pernah membaca  Socrates atau Plato, tetapi yang saya ketahui, bahwa dalam setiap pembicaraanmu terdapat kesederhanaan yang agung yang menempatkan engkau jauh melebihi para filsuf. Kaisar telah mempelajari persoalannya, saya sebagai wakilnya di kota ini sangat senang dapat memberi kebebasan yang patut untukmu, meskipun tidak saya sangkal bahwa dengan khotbah-khotbahmu, engkau mempunyai banyak musuh, ini tidaklah mengherankan. Socrates juga mempunyai banyak musuh, dan ia wafat sebagai korban karena kebencian mereka. Kebencian musuhmu dua kali lipat, karena khotbahmu yang keras yang ditujukan pada mereka, kepada saya mereka marah sebab kebebasan besar yang saya berikan kepadamu. Mereka bahkan melaporkan bahwa kita bersekongkol secara rahasia dengan tujuan untuk mengambil hak-hak orang Yahudi ( Ibrani ) yang sedikit masih ditinggalkan oleh kekuasaan Roma bagi — mereka ".
Permintaan saya — saya tidak mengatakan ini perintah — lebih berhati-hatilah juga lebih lunaklah disaat-saat mendatang, ini berkaitan dengan timbulnya rasa keangkuhan dari para musuhmu. Akhirnya mereka akan menghasut rakyat melawan engkau dan  mereka akan memaksa saya untuk menegakkan hukum.

Dengan tenang orang Nazaret menjawab: " Raja dari bumi, kata-kata anda bukanlah kata-kata bijak. Katakan kepada sungai berhentilah mengalir disela-sela bukit agar, Engkau tidak merusak pohon-pohon di lembah. Lembah itu akan menjawab, bahwa mereka harus taat pada hukum Pencipta. Hanya Allah yang tahu kemana sungai akan mengalir. Sebenarnya, saya berkata kepadamu, sebelum Mawar Sharon merekah, darah akan mengalir ".
"Darahmu tidak akan pernah mengalir " jawabku emosi. " Sebab kebijaksanaanmu, engkau lebih berharga dalam pandanganku daripada orang-orang Farisi yang angkuh dan para pemberontak yang menyalahgunakan kebebasan yang diberikan oleh Roma, mereka memberontak kepada Kaisar. Para bedebah yang kurang ajar ini tidak mengerti bahwa mereka laksana srigala Tiber yang sering menggunakan bulu domba. Saya akan melindungimu dari mereka. Istana Pretoriumku terbuka untukmu sebagai tempat perlindungan, tempat itu telah disucikan".

Yesus menggelengkan kepalanya, dan berkata, lembut dan serta sebuah senyum ilahi : "Apabila hari itu tiba, tidak akan ada tempat bagi Anak Manusia, diatas bumi juga tidak dibawah bumi. Perlindungan bagi yang akan Diadili ada diatas ", sambil menunjuk kelangit. Apa yang tertulis dalam buku para nabi harus terlaksana".
"Hai anak muda ", saya menjawab, lembut, " engkau memaksa saya merubah permohonan saya menjadi satu perintah, Demi keamanan propinsi. yang menjadi perhatian saya , menuntut hal itu. Engkau harus lebih lunak dalam khotbah-khotbahmu, Janganlah melanggar. Perintah-perintahku yang telah kau ketahui. Semoga keberuntungan menyertai kamu, Selamat tinggal ".

" Raja dari bumi ",  Yesus menjawab , " Saya tidak datang untuk membawa perang dibumi , tetapi kedamaian, kasih dan sejahtera. Saya dilahirkan pada saat yang sama, ketika Kaisar Augustus memberi perdamaian kepada Imperium Romawi. Penganiayaan bukan datang dari saya, saya mengharapkannya dari orang-orang lain, dan saya akan menyambut dengan patuh sesuai kehendak Bapaku, yang telah memberi petunjuk kepadaku. Sebab bukanlah dalam kekuasaanmu untuk mengambil korban dari kaki Tabernakel perdamaian ". Sambil berkata, ia menghilang seperti bayangan terang di belakang tirai bangsal.

Para musuh Yesus segera datang dengan usul pada Herodes, yang memerintah di Galilea, untuk melampiaskan dendam mereka di Nazaret.  Apabila Herodes menuruti keinginannya ia akan memerintahkan Yesus segera dihukum mati, akan tetapi kebanggaan atas kemuliaannya sebagai raja membuat ia takut melakukan perbuatan yang mungkin mengurangi pengaruhnya dengan Senat.
Pada suatu hari Herodes datang kepadaku di istana Pretorium, setelah pembicaraan yang tak berarti ia mulai berkemas sambil bertanya kepada saya, bagaimana pendapat saya mengenai  orang Nazaret itu .  Saya menjawab,  saya  kira bahwa Yesus adalah seorang Nabi yang terbesar yang sering muncul diantara bangsa-bangsa. Ajaran-ajaran Yesus tidak menghujat Allah dan Roma berniat untuk memberinya kebebasan berbicara yang memang sesuai dengan  tindakannya. Herodes tersenyum jahat, dan memberi hormat saya dengan hormat ironis, lalu meninggalkan saya.


Pesta besar orang Yahudi telah dekat, sebab pada perayaan paskah ada banyak orang di yerusalem, maka mereka mempunyai niat untuk membunuh  Yesus pada kesempatan ini. Kota dipenuhi oleh massa yang menginginkan kematian orang Nazaret ini. Para pesuruh saya mengabarkan bahwa harta dari bait telah dipakai untuk menyogok rakyat, bahaya semakin mengancam. Saya menulis kepada pejabat di Siria untuk mengirimkan 100 tentara dan sebanyak mungkin pasukan berkuda, tetapi ia menolak. Saya tidak berdaya karena tinggal hanya dengan sedikit prajurit, terlalu lemah untuk menekan pergolakan, maka tidak ada pilihan lain selain membiarkan mereka.

Mereka menahan Yesus dan rakyat yang bergejolak ini terasa tidak merasa  takut kepada pihak kekonsulan, bersama para pemimpinnya mereka yakin bahwa saya masih bekerja demi kepentingan Yesus, mereka berteriak-teriak : " pantek Dia!, pantek Dia!" . Tiga partai besar sedang bersatu melawan Yesus, yang pertama ialah orang-orang Herodian lalu orang-orang Saduki, sikap memberontaknya dengan dua alasan mereka membenci orang Nazaret itu dan juga jenuh dengan kungkungan pemerintah Roma. Mereka tak pernah dapat mengampuni saya, karena saya telah masuk dalam kota suci dengan panji-panji berlambang Romawi, walaupun saya akui telah berbuat suatu kesalahan fatal, mereka berpendapat bahwa hal ini sama kejinya dengan menghujat Allah, ada dendam baru terbentuk dalam diri mereka. Saya mengusulkan untuk menggunakan sebagian harta dari bait suci demi kesejahteraan umum, pendapat saya di sambut dengan wajah-wajah yang seram.

Partai ketiga, ialah orang-orang Parisi, musuh-musuh Yesus yang tak dapat dielakkan lagi. Selama tiga tahun mereka menelan dengan hati yang tertusuk semua kata-kata keras yang diungkit dan diarahkan pada mereka disetiap kesempatan oleh orang Nazaret ini. Terlalu lemah dan licik untuk bertindak sendiri, mereka bersembunyi dibalik keributan orang-orang Saduki dan Herodian.

Selain tiga partai besar ini, saya masih harus menangani rakyat yang membandel yang selalu bersedia menggabungkan diri kedalam pemberontakan untuk mendapatkan keuntungan dari keributan yang sedang berlangsung . Yesus diseret kehadapan Imam Besar dan ia dihukum mati. Disaat itulah Imam Besar Khayafas memamerkan ketundukannya dengan sikap yang menghina. Dia mengirimkan tawanannya kepada saya untuk menandaskan keputusan hukumnya dan melaksanakan vonisnya. Saya memberi jawaban, karena Yesus orang Galilea, dia berada dibawah wilayah hukum Herodes. Si munafik yang licin ini dengan ketundukannya yang dibuat-buat menyatakan bahwa ia mengutamakan dan menempatkan kasus ini pada tangan Walikota yang ditunjuk oleh Kaisar. Dengan demikian ia menaruh nasib pria ini dalam tangan saya. Segera Istana saya menjadi benteng yang dilengkapi prajurit - prajurit.  Setiap saat jumlah para pembangkang bertambah , yerusalem dibanjiri oleh massa yang datang dari pegunungan dan kota Nasaret. Seluruh Yudea masuk membanjiri kota suci itu.

Saya mengambil seorang istri, seorang perawan, yang mengatakan bahwa ia dapat melihat ke masa depan. Sambil menangis ia rebah didepan kaki saya, mengatakan ; "Berhati-hatilah, waspadalah, jangan menjamah orang itu, sebab dia suci. Kemarin malam saya lihat dalam penglihatan, ia berjalan diatas air , ia terbang dengan sayap -sayap angin, ia bercakap-cakap dengan awan-awan gelap, gemuruh laut dan semuanya tunduk dan patuh kepadanya. Lihatlah ! sungai dilembah Kidron dialiri darah, patung-patung kaisar diselimuti kegelapan. Pilar-pilar dari Imperium berpindah dan matahari dibalut oleh kesedihan, seperti  perawan Festal dalam kuburnya. Oh! Pilatus. Bencana sedang menunggumu jika engkau tidak menghiraukan permohonanku. Ancamlah mereka dengan kutukan Senat Romawi dan para prajurit kaisar. "

Sementara wanita ini berbicara, tangga marmer itu di jejali oleh massa. Orang Nazaret itu dibawa kembali kehadapan saya. Di ikuti oleh para penjaga , saya  memasuki ruang sidang, bertanya kepada rakyat dengan suara keras : " Apa keinginan kalian ? ".
Jawabnya: " Kematian orang Nazaret !".
Apa yang dituduhkan kepadanya ?.  Dia menghujat  Allah; meramalkan kehancuran Bait Suci dan menamakan dirinya Anak Allah, "Mesias raja orang Yahudi ! ". 
Untuk itu saya menjawab: " Pengadilan Romawi tidak memberikan hukuman mati untuk tuduhan semacam itu ", tetapi " pantek Dia, pantek Dia",  teriak mereka tanpa memberi perhatian pada apa yang telah diucapkan. Teriakkan massa yang bodoh ini membuat lantai istana berguncang, tetapi hanya ada satu yang tetap tenang di tengah kerumunan orang banyak, dialah orang Nazaret itu.

Setelah usaha yang gagal untuk melindungi dari kemarahan para pengejarnya yang tak kenal ampun, saat itulah saya mengambil keputusan yang saya anggap itu satu-satunya cara yang dapat menyelamatkan hidupnya. Saya perintahkan untuk mencambuknya. Setelah meminta sebuah baskom, dihadapan khalayak ramai saya membasuh tangan saya dengan demikian menyatakan ketidak setujuan saya. Tetapi  sia-sia  saja , kematiannya yang diinginkan oleh para perusuh ini. Didalam urusan-urusan dalam negeri seringkali saya melihat  meluapnya  emosi  rakyat , tetapi tidak ada yang dapat menandingi apa yang sedang  terjadi saat ini. Dapat dikatakan pada kesempatan ini semua bayang-bayang Hades yang menakutkan sedang berkumpul di Yerusalem.
Massa dapat disebutkan tidak berjalan, tetapi terbang laksana angin puyuh, bergelora  seperti ombak, dari depan rumah kekonsulan hingga di Gunung Zion , memanggil , berteriak, menjerit seperti yang tidak pernah didengar.  Menjelang jam ke-enam suasana menjadi remang-remang dan kegelapan datang seperti di musim salju, juga pernah terjadi disaat kematian Julius Caesar. Hal ini sama seperti kegelapan pada bulan Maret.

Saya, walikota dari propinsi yang bergolak ini, bersandar pada tiang bangsal istana, menatap kearah kegelapan yang mengerikan. Para barbar yang kesetanan ini sedang menyeret orang Nazaret yang tak bersalah itu ketempat penghukuman. Semuanya disekitar saya jadi sunyi seperti tidak ada kehidupan. Yerusalem seakan-akan memuntahkan penduduknya keluar melalui kuburan, menuju ke Bukit Tengkorak. Perasaan kosong dan sedih mencekam dalam diri saya. Pengawal saya bergabung dengan pasukan seratus (senturion) untuk mengesankan kekuasaan seraya mengusahakan ketentraman. Saya tinggal sendiri dan dihati saya yang sedih mengatakan bahwa apa yang sedang terjadi, dapat disebutkan sejarah dari dewa-dewa daripada sejarah manusia.

Terdengar teriakan berasal dari Golgota, yang dibawa oleh angin yang menandakan pergumulan dengan kematian yang belum pernah didengar oleh telinga manusia yang berkematian. Awan gelap turun diatas rumah-rumah dan menyebar luas kepenjuru kota, semuanya seperti diselimuti dengan kerudung hitam. Begitu dahsyatnya tanda langit dan bumi, menyebabkan peramal (Aeropagitin) berkata: " Apakah pencipta alam sedang menderita, sedang berjalan memakai jubah menuju gerbang Golgota ". Kerumunan orang banyak berbalik pulang, walaupun masih belum tentram, dalam kebisuan, tertekan dan kacau pikiran. Apa yang telah mereka saksikan membuat mereka takut dan penuh penyesalan.

Saya juga melihat kelompok pasukan Romawi, lewat dengan sedih. Panji-panji menutup lambang Roma pertanda keresahan dan berkabung, saya mendengar para prajurit mengucapkan kata-kata aneh yang tidak dapat saya pahami. Orang lain menceritakan keajaiban-keajaiban seperti terjadi ketika orang Romawi memperoleh kemenangan karena kehendak para dewa. Kelompok-kelompok pria dan wanita sesekali menoleh dan melihat ke gunung berharap akan melihat keajaiban baru lagi.

Saya kembali ke Istana Pretorium itu, sedih dan termenung. Seraya berjalan mendaki anak tangga yang masih berlumuran darah orang Nazaret itu - Saya menemukan seorang pria tua sedang jongkok dan memohon, dan dibelakangnya ada beberapa wanita yang sedang menangis. Dia merebahkan diri dibawah kaki saya dan menangis dengan sedihnya. Saya terharu melihat melihat seorang pria tua menangis.
"Bapa," kataku lembut kepadanya, '' Siapa kamu dan apa keinginanmu? "
"Saya Yusuf dari Arimatea," jawabnya, "dan saya datang untuk mohon, pada lutut saya, ijinkan untuk menguburkan Yesus dari Nazaret."
"Permohonanmu dikabulkan," kataku padanya, dan pada saat yang sama memerintahkan Manlius untuk mengambil beberapa tentara dengan dia untuk menolong melaksanakan pemakaman dan mencegah kemungkinan tubuhnya dinajiskan.

Beberapa hari setelah itu, makam itu ditemukan kosong. Muridnya mengabarkan di seluruh negeri bahwa Yesus telah bangkit dari kematian, seperti yang telah diramalkan. Akhirnya tinggal tugas saya untuk melaporkan kejadian yang patut disesalkan ini. Saya melakukannya di malam hari setelah peristiwa itu terjadi dan menghentikannya ketika hari mulai fajar. Pada saat itu saya mendengar bunyi sangkakala yang melagukan: "Dewa-dewa para Pemburu" (Mars Diana), memukul telingaku. Dengan memandang kearah Gerbang Caesar, saya melihat sebuah rombongan prajurit  dan dari jarak yang dekat terdengar bunyi Mars Caesar. Mereka adalah bala bantuan yang diharapkan. Dua ribu tentara pilihan, telah berjalan sepanjang malam terus berbaris agar dapat mempercepat kedatangannya.

"Seperti telah diputuskan oleh nasib," teriak saya, sambil meremas-remas tangan saya, bahwa ketidakadilan besar ini harus terjadi, dan untuk menghindari kejadian kemarin, justru "hari ini" datang bala bantuan itu. Suratan yang mengerikan, betapa seringnya engkau mempermainkan masalah manusia!.

Sebuah kenyataan apa yang diucapkan, orang Nazaret itu, ketika ia bergumul menggeliat di kayu salib : "Telah terlaksana."

Senin, 14 Mei 2012

MENDEKATLAH KEPADA ALLAH - ”Aku Tidak Akan Melupakan Engkau”


APAKAH Yehuwa benar-benar memedulikan umat-Nya? Jika ya, seberapa dalamkah kepedulian-Nya? Hanya ada satu cara untuk mengetahui jawabannya—melalui apa yang Allah sendiri ungkapkan. Dalam Alkitab, Yehuwa dengan jelas mengungkapkan perasaan-Nya. Perhatikan kata-kata di Yesaya 49:15.



Untuk melukiskan perasaan-Nya yang dalam terhadap umat-Nya, Yehuwa, melalui Yesaya, menggunakan sebuah contoh yang sangat menyentuh hati.
Pertama-tama, Ia mengajukan pertanyaan yang menggugah pikiran ini, ”Dapatkah seorang istri melupakan anaknya yang masih menyusu sehingga ia tidak mengasihani putra dari kandungannya?” Sekilas, jawabannya sudah jelas. Bagaimana mungkin seorang ibu yang menyusui melupakan bayinya? Siang dan malam, ia harus terus mengurusi bayinya, yang akan menangis jika butuh perhatian! Tetapi, ada maksud lain dari pertanyaan Yehuwa.

Mengapa seorang ibu menyusui bayinya dan mengurus segala kebutuhannya? Apakah hanya agar si bayi berhenti menangis? Tidak. Seorang ibu secara alami ”mengasihani putra dari kandungannya”. Kata kerja Ibrani yang di ayat ini diterjemahkan ”mengasihani” juga diterjemahkan ”memperlihatkan belas kasihan”. (Keluaran 33:19; Yesaya 54:10) Kata Ibrani ini bisa berarti keibaan hati yang lembut terhadap yang lemah atau tak berdaya. Keibaan hati seorang ibu terhadap bayinya merupakan salah satu perasaan manusia yang terkuat.

Namun, sungguh menyedihkan, tidak semua ibu merasa iba terhadap bayinya yang ingin menyusu. ”Wanita-wanita ini dapat lupa,” kata Yehuwa. Dewasa ini, ada banyak pria dan wanita yang ”tidak loyal, tidak memiliki kasih sayang alami”. (2 Ti- motius 3:1-5) Kadang, kita mendengar tentang ibu- ibu yang menelantarkan, menganiaya, atau membuang bayi mereka yang baru lahir. Tentang Yesaya 49:15, sebuah karya referensi Alkitab menjelaskan, ”Para ibu adalah manusia berdosa dan kasih mereka adakalanya pudar akibat kurangnya nilai moral. Bahkan kasih manusia yang paling besar pun bisa mendingin.”

Tetapi, Yehuwa meyakinkan kita, ”Aku tidak akan melupakan engkau.” Sekarang, kita mulai mengerti apa maksud Yehuwa mengajukan pertanyaan di Yesaya 49:15 itu. Yehuwa sedang menjelaskan perbedaan antara Dia dan ibu yang tidak sempurna. Para ibu bisa lalai memperlihatkan keibaan hati kepada bayi mereka yang tak berdaya, tetapi Yehuwa tidak akan pernah lalai atau lupa memperlihatkan keibaan hati kepada para penyembah-Nya. Maka, tepatlah jika karya referensi tadi mengatakan tentang Yesaya 49:15, ”Ini adalah ungkapan kasih Allah yang sangat kuat, bahkan mungkin yang paling kuat, dalam Perjanjian Lama.”

Tidakkah kita terhibur ketika mengetahui ”keibaan hati yang lembut dari Allah kita”? (Lukas 1:78)
Cobalah cari tahu bagaimana Anda bisa mendekat kepada Yehuwa. Allah yang pengasih ini meyakinkan para penyembah-Nya, ”Aku tidak akan membiarkan engkau atau meninggalkan engkau.” —Ibrani 13:5.


------------------------

Diambil dari:
Majalah-MENARA-PENGAWAL , peb 2012 
Tiras Tiap Terbitan: 42.182.000, Dalam194 Bahasa 
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa

TUJUAN MAJALAH MENARA PENGAWAL ialah memuliakan Allah Yehuwa, Penguasa Tertinggi alam semesta. Sebagaimana dahulu menara membantu orang memantau perkembangan keadaan dari kejauhan, majalah ini membantu kita memahami makna peristiwa-peristiwa dunia dari sudut pandang nubuat Alkitab. Majalah ini menghibur orang dengan kabar baik bahwa Kerajaan Allah, yakni pemerintahan surgawi yang nyata, akan segera mengakhiri semua kejahatan dan mengubah bumi menjadi firdaus. Majalah ini membina iman akan Yesus Kristus, yang mati agar kita bisa memperoleh kehidupan abadi dan yang sekarang memerintah sebagai Raja Kerajaan Allah. Majalah ini diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tanpa terputus sejak tahun 1879 dan tidak terkait dengan politik. Publikasi ini berpaut pada Alkitab.

Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.

Jika Anda ingin menerima penjelasan lebih lanjut atau mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma, silakan tulis surat kepada Saksi-Saksi Yehuwa, PO Box 2105, Jakarta 10001. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok http://www.watchtower.org/address/article_01.htm atau mengunjungi situs resmi kamihttp://www.watchtower.org/

Minggu, 13 Mei 2012

BILA SESEORANG YANG ANDA KASIHI MENINGGAL - Bagaimana Orang Lain Dapat Membantu?

oleh Kursus Alkitab Cuma-Cuma pada 12 Mei 2012 pukul 23:27 ·
Bagaimana Orang Lain Dapat Membantu?



”JIKA ada sesuatu yang dapat saya bantu, jangan segan memberi tahu saya.” Kebanyakan di antara kita berkata demikian kepada seorang teman atau sanak saudara yang baru saja berkabung. Ya, kita mengucapkannya dengan tulus. Kita akan melakukan apa saja untuk membantu. Namun, apakah orang yang berkabung mendatangi kita dan berkata, ”Terpikir oleh saya akan sesuatu yang Anda dapat lakukan untuk saya”? Biasanya tidak. Jelaslah, kita perlu mengambil beberapa inisiatif jika kita benar-benar ingin membantu dan menghibur orang yang berduka cita.

Sebuah amsal Alkitab berkata, ”Perkataan yang diucapkan tepat pada waktunya adalah seperti buah apel emas di pinggan perak.” (Amsal 15:23; 25:11) Dibutuhkan hikmat untuk mengetahui apa yang harus dikatakan dan apa yang jangan dikatakan, apa yang harus dilakukan dan apa yang jangan dilakukan. Berikut ini adalah beberapa saran berdasarkan Alkitab yang didapati berguna oleh beberapa orang yang berkabung.


Apa yang Harus Dilakukan . . .

Dengarkan: 
’Cepatlah mendengar’, kata Yakobus 1:19. Salah satu hal paling berguna yang dapat Anda lakukan adalah ikut merasakan kesedihan dari orang yang berkabung dengan mendengarkan. Beberapa orang yang berkabung mungkin perlu berbicara mengenai orang yang mereka kasihi yang telah meninggal, mengenai kecelakaan atau penyakit yang menyebabkan kematiannya, atau mengenai perasaan-perasaan mereka setelah kematian tersebut. Maka tanyakanlah, ”Apakah Anda ingin membicarakannya?” Biarkan mereka yang memutuskan. Ketika mengenang saat ketika ayahnya meninggal, seorang pria muda berkata, ”Saya merasa sangat dibantu sewaktu orang-orang menanyakan apa yang telah terjadi dan kemudian benar-benar mendengarkan.” Maka dengarkanlah dengan sabar dan penuh simpati tanpa perlu merasa bahwa Anda harus menyediakan jawaban atau jalan keluarnya. Biarkan mereka mengutarakan apa pun yang ingin mereka katakan.

Tenteramkan hati mereka: 
Yakinkan mereka bahwa mereka telah melakukan sebisa mungkin (atau hal-hal lain yang Anda tahu benar dan positif). Tenteramkan hati mereka bahwa apa yang mereka rasakan—kesedihan, kemarahan, perasaan bersalah, atau beberapa emosi lain—sama sekali bukannya tidak lazim. Beri tahu mereka tentang orang-orang lain yang Anda ketahui berhasil pulih dari kehilangan yang serupa. ”Perkataan yang menyenangkan” demikian merupakan ”obat bagi tulang-tulang”, kata Amsal 16:24.—1 Tesalonika 5:11, 14.

Sediakan diri: 
Sediakan diri Anda, tidak hanya beberapa hari pertama sewaktu banyak teman dan sanak saudara masih ada, tetapi bahkan berbulan-bulan kemudian, sewaktu orang-orang lain telah kembali ke rutin yang normal. Dengan cara ini Anda membuktikan diri Anda sebagai ”sahabat”, yang selalu siap membantu seorang sahabat pada masa ”kesukaran”. (Amsal 17:17)
”Teman-teman kami memastikan bahwa setiap malam kami ada kesibukan supaya kami tidak perlu menghabiskan terlalu banyak waktu sendirian di rumah,” kata Teresea menjelaskan, yang anaknya tewas dalam sebuah kecelakaan mobil. ”Hal ini membantu kami mengatasi perasaan hampa yang kami miliki.”
Selama bertahun-tahun setelah itu, hari-hari peringatan, seperti ulang tahun perkawinan atau tanggal dari kematian itu, dapat merupakan saat yang penuh tekanan bagi orang yang ditinggalkan. Mengapa tidak menandai tanggal-tanggal demikian di kalender Anda sehingga pada waktu hari itu tiba, Anda dapat menyediakan diri, jika perlu, untuk memberi dukungan yang penuh simpati?

Ambil inisiatif yang cocok: 
Apakah ada tugas-tugas yang perlu dikerjakan? Apakah seseorang diperlukan untuk mengasuh anak-anak? Apakah teman-teman dan sanak saudara yang berkunjung membutuhkan tempat menginap? Orang-orang yang baru saja berkabung sering kali begitu tergoncang sehingga mereka bahkan tidak tahu apa yang perlu mereka lakukan, apa lagi memberi tahu orang-orang lain bagaimana mereka dapat membantu. Jadi jika Anda memperhatikan kebutuhan yang sebenarnya, jangan menunggu untuk diminta; ambillah inisiatif. (1 Korintus 10:24; bandingkan 1 Yohanes 3:17, 18.)
Seorang wanita yang suaminya meninggal mengenang, ”Banyak yang berkata, ’Jika ada yang dapat saya bantu, jangan segan memberi tahu saya.’ Namun seorang sahabat tidak menanyakannya. Ia langsung pergi ke kamar tidur, menarik sprei dari tempat tidur, dan mencuci hal-hal yang kotor karena kematiannya. Yang lain mengambil sebuah ember, air, dan alat-alat pembersih dan menggosok permadani yang terkena muntahan suami saya. Beberapa minggu kemudian, salah seorang penatua sidang mampir dengan pakaian kerjanya dan berkata, ’Saya yakin pasti ada sesuatu yang perlu diperbaiki. Apa yang bisa saya perbaiki?’ Hati saya tersentuh oleh kasih saudara tersebut karena ia memperbaiki pintu yang engselnya lepas dan karena memperbaiki sebuah peralatan listrik!”—Bandingkan Yakobus 1:27.

Bersifat suka menerima tamu: 
”Janganlah kamu lupa memberi tumpangan [”sifat suka menerima tamu”, NW],” demikian Alkitab mengingatkan kita. (Ibrani 13:2) Kita teristimewa harus ingat untuk memperlihatkan sifat suka menerima tamu kepada orang-orang yang berduka cita. Sebaliknya daripada undangan ”datanglah kapan saja”, tetapkan hari dan waktunya. Jika mereka menolak, jangan cepat menyerah. Anjuran yang lembut mungkin dibutuhkan. Barangkali mereka menolak undangan Anda karena mereka takut kehilangan kendali atas emosi-emosi mereka di hadapan orang-orang lain. Atau mereka mungkin merasa bersalah karena menikmati makan bersama dan pergaulan pada saat seperti itu. Ingatlah tentang Lidia, wanita yang suka menerima tamu yang disebutkan dalam Alkitab. Setelah diundang ke rumahnya, Lukas berkata, ”Ia mendesak sampai kami menerimanya.”—Kisah 16:15.

Bersabar dan berpengertian: 
Jangan terlalu terkejut dengan apa yang mungkin dikatakan oleh orang-orang yang berkabung pada mulanya. Ingat, mereka mungkin merasa marah dan merasa bersalah. Jika ledakan emosi ditujukan kepada Anda, dibutuhkan pemahaman dan kesabaran di pihak Anda untuk tidak menanggapi dengan perasaan kesal. ”Kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelembahlembutan dan kesabaran,” demikian saran Alkitab.—Kolose 3:12, 13.

Tulis sepucuk surat: 
Yang sering diabaikan adalah nilai dari sepucuk surat yang menyatakan belasungkawa atau sebuah kartu yang menyatakan turut berduka cita. Manfaatnya? Cindy, yang kehilangan ibunya karena kanker, menjawab, ”Seorang teman menulis surat yang indah. Itu benar-benar membantu karena saya dapat membacanya berulang kali.” Surat atau kartu yang menganjurkan seperti itu dapat disusun ”dengan sedikit kata-kata”, namun itu hendaknya benar-benar keluar dari hati. (Ibrani 13:22)
Anda dapat menulis bahwa Anda turut prihatin dan Anda memiliki kenangan khusus akan orang yang meninggal, atau Anda dapat memperlihatkan bagaimana orang yang meninggal itu telah meninggalkan kesan khusus dalam kehidupan Anda.

Berdoa bersama mereka: 
Jangan meremehkan nilai dari doa-doa Anda bersama dan untuk orang yang sedang berkabung. Alkitab berkata di Yakobus 5:16, ”Doa orang yang benar . . . sangat besar kuasanya.” (Yakobus 5:16)
Misalnya, mendengarkan Anda berdoa demi kepentingan mereka dapat membantu mereka menyembuhkan perasaan-perasaan negatif seperti rasa bersalah.—Bandingkan Yakobus 5:13-15.



Apa yang Jangan Dilakukan . . .



- Jangan menjauhi mereka karena Anda tidak tahu apa yang harus dikatakan atau dilakukan:
’Saya yakin sekarang mereka perlu berada seorang diri,’ kita mungkin berkata kepada diri kita sendiri. Namun barangkali kebenarannya adalah bahwa kita menjauhi mereka karena kita takut akan mengatakan atau melakukan sesuatu yang salah. Akan tetapi, dihindari oleh teman-teman, sanak saudara, atau rekan-rekan seiman hanya membuat orang yang berkabung semakin kesepian, menambah kepada rasa sedih mereka. Ingat, kata-kata dan tindakan yang paling baik sering kali adalah yang paling sederhana. (Efesus 4:32) Kehadiran Anda saja dapat menjadi sumber anjuran. (Bandingkan Kisah 28:15.)
Mengenang hari ketika putrinya meninggal, Teresea berkata, ”Dalam waktu satu jam, ruang tunggu rumah sakit dipenuhi oleh teman-teman kami; semua penatua dan istri mereka berada di sana. Beberapa saudari bahkan belum sempat melepaskan rol rambut mereka, beberapa masih mengenakan baju kerja mereka. Mereka meninggalkan apa yang mereka kerjakan dan segera datang. Banyak dari mereka memberi tahu kami bahwa mereka tidak tahu apa yang harus dikatakan, tetapi itu tidak menjadi soal karena kehadiran mereka saja sangat berarti.”

- Jangan mendesak mereka untuk berhenti berduka cita:
’Sudah, sudah, jangan menangis,’ kita mungkin ingin berkata demikian. Namun bisa jadi lebih baik untuk membiarkan air mata bercucuran. ”Saya rasa penting untuk membiarkan orang yang berkabung memperlihatkan emosi mereka dan benar-benar melampiaskan perasaan mereka,” kata Katherine, mengenang kematian suaminya. Lawanlah kecenderungan untuk memberi tahu orang-orang lain apa yang harus mereka rasakan. Dan jangan menduga bahwa Anda harus menyembunyikan perasaan-perasaan Anda untuk menjaga perasaan mereka. Sebaliknya, ”menangislah dengan orang yang menangis”, demikian saran Alkitab.—Roma 12:15.

- Jangan tergesa-gesa menganjurkan mereka untuk menyingkirkan baju atau barang-barang pribadi lain dari orang yang meninggal sebelum mereka merasa siap:
Kita mungkin merasa bahwa lebih baik bagi mereka untuk menyingkirkan barang-barang yang menggugah kenangan karena hal-hal itu setidaknya memperpanjang duka cita. Namun pepatah ”Jauh di mata, jauh di hati”: mungkin tidak berlaku di sini. Orang yang berkabung mungkin perlu perlahan-lahan melepas orang yang meninggal. Ingatlah gambaran Alkitab berkenaan reaksi Yakub sewaktu ia dikelabui sehingga percaya bahwa Yusuf putranya yang masih remaja telah dibunuh oleh binatang buas. Setelah jubah Yusuf yang berlumuran darah diberikan kepada Yakub, ”berkabunglah ia berhari-hari lamanya karena anaknya itu. Sekalian anaknya laki-laki dan perempuan berusaha menghiburkan dia, tetapi ia menolak dihiburkan”.—Kejadian 37:31-35.

- Jangan mengatakan, ’Anda dapat memiliki bayi lagi’:
  ”Saya benci orang-orang memberi tahu saya bahwa saya dapat memiliki anak lagi,” kenang seorang ibu yang ditinggal mati anaknya. Mereka mungkin bermaksud baik, tetapi bagi orang-tua yang berduka cita, ucapan yang menyatakan bahwa anak yang meninggal bisa digantikan dapat menjadi ’seperti tikaman pedang’. (Amsal 12:18) Seorang anak tidak dapat digantikan oleh anak lain. Mengapa? Karena masing-masing anak unik.

Bila tidak perlu jangan menghindari menyebutkan nama orang yang meninggal:
”Banyak orang bahkan tidak mau menyebutkan nama putra saya Jimmy atau berbicara tentangnya,” kenang seorang ibu. ”Saya harus akui saya merasa sedikit terluka sewaktu orang-orang melakukan hal itu.” Jadi, tidak perlu mengganti topik percakapan sewaktu nama orang yang meninggal disebutkan. Tanyakan orangnya apakah ia ingin membicarakan orang yang ia kasihi. (Bandingkan Ayub 1:18, 19 dan 10:1.) Beberapa orang yang berkabung senang mendengarkan teman-teman mereka menceritakan sifat-sifat istimewa yang membuat mereka menyayangi orang yang telah meninggal.—Bandingkan Kisah 9:36-39.

- Jangan tergesa-gesa berkata, ’Ini yang terbaik baginya’: Berupaya mencari sesuatu yang positif berkenaan kematian tidak selalu ’menghibur mereka yang tawar hati’ yang sedang berduka cita. (1 Tesalonika 5:14)
Ketika mengenang saat ibunya meninggal, seorang wanita muda berkata, ”Orang-orang lain berkata, ’Ia tidak menderita lagi sekarang’ atau, ’Setidaknya ia berada dalam damai sekarang.’ Tetapi saya tidak suka mendengar hal-hal semacam itu.” Komentar-komentar demikian secara tidak langsung dapat menyatakan bahwa orang-orang yang ditinggalkan tidak boleh merasa sedih atau bahwa kematian ini tidak berarti. Akan tetapi, mereka bisa jadi merasa sangat sedih karena mereka sangat kehilangan orang yang mereka kasihi.
Sebaiknya jangan berkata, ’Saya tahu bagaimana perasaan Anda’: Apakah memang demikian? Misalnya, mungkinkah Anda mengetahui apa yang dirasakan orang-tua sewaktu seorang anak meninggal jika Anda sendiri tidak pernah mengalami kehilangan demikian? Dan bahkan jika Anda telah mengalaminya, sadarilah bahwa orang-orang mungkin tidak merasakan hal yang persis sama seperti yang Anda rasakan. (Bandingkan Ratapan 1:12.)
Di lain pihak, jika tampak cocok, mungkin ada beberapa manfaat dengan memberi tahu bagaimana Anda telah pulih dari perasaan kehilangan orang yang Anda kasihi. Seorang wanita yang putrinya mati dibunuh merasa terbina sewaktu seorang ibu yang putrinya telah meninggal memberi tahu dia bagaimana ibu itu kembali kepada kehidupan yang normal. Ia berkata, ”Ibu dari anak yang meninggal itu tidak mengawali ceritanya dengan ’Saya tahu bagaimana perasaan Anda’. Ia sekadar memberi tahu saya segala sesuatu yang ia alami dan membiarkan saya memberi tanggapan atasnya.”

Membantu orang yang berkabung menuntut kasih sayang, daya pengamatan, dan banyak kasih di pihak Anda. Jangan menunggu sampai orang yang berkabung datang kepada Anda. Jangan sekadar berkata, ”Jika ada sesuatu yang dapat saya bantu . . .” Cari tahu apa ”sesuatu” itu, dan kemudian ambil inisiatif yang cocok.

Masih ada beberapa pertanyaan:
Bagaimana dengan harapan Alkitab tentang kebangkitan? Hal itu dapat berarti apa bagi Anda dan orang yang dikasihi yang telah meninggal? Bagaimana kita dapat merasa yakin bahwa itu merupakan harapan yang dapat diandalkan?

------------------------
Diambil dari:
BUKU "BILA SESEORANG YANG ANDA KASIHI MENINGGAL "
Rata-rata Pencetakan dalam 84 Bahasa
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa

Bahkan dalam dunia yang penuh kesukaran ini, Anda dapat memperoleh kebahagiaan dari pengetahuan Alkitab yang saksama tentang Allah, Kerajaan-Nya, dan maksud-tujuanNya yang menakjubkan bagi umat manusia. 
Jika Anda ingin menerima penjelasan lebih lanjut atau mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma, silakan tulis surat kepada Saksi-Saksi Yehuwa, PO Box 2105, Jakarta 10001. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok http://www.watchtower.org/address/article_01.htm atau mengunjungi situs resmi kami http://www.watchtower.org/

Jumat, 11 Mei 2012

PEMBACA BERTANYA - Apakah bumi akan musnah?

- Beberapa orang percaya bahwa bumi akan berakhir pada 21 Oktober 2011. Ternyata tidak. Jadi, ramalan penyiar radio di Amerika Serikat Harold Camping hanyalah kata-kata kosong. Ia memprediksi bahwa Hari Kiamat akan jatuh pada 21 Mei 2011 —gempa dahsyat akan mengguncang bumi secara beruntun, dan lima bulan kemudian, pada 21 Oktober, bumi akan musnah. Tetapi, bumi tidak akan pernah berakhir. Sang Pencipta bumi tidak akan membiarkannya terjadi. Firman- Nya menyatakan, ”Engkau menetapkan bumi dengan kokoh agar tetap berdiri.”—Mazmur 119:90.

Namun, ada pembaca Alkitab yang membantah bahwa planet ini akan hangus dimakan api. Mereka menunjuk 2 Petrus 3:7, 10 sebagai dasar pandangan tersebut, ”Melalui firman yang sama, langit dan bumi yang ada sekarang disimpan untuk api dan disediakan untuk hari penghakiman dan hari kebinasaan orang-orang yang tidak sa- leh. . . . Namun hari Yehuwa akan datang seperti pencuri; pada waktu itu langit akan lenyap dengan bunyi yang mendesis, tetapi unsur-unsurnya akan hancur karena luar biasa panas, dan bumi serta hasil pekerjaan manusia di dalamnya akan disingkapkan.” 
Apakah kata-kata rasul Petrus ini bermakna harfiah?

Tidak. Karena penafsiran ayat-ayat itu harus selaras dengan konteks dalam surat Petrus dan dengan bagian-bagian Alkitab lainnya. Jika ayat-ayat itu diartikan secara harfiah, itu berarti bahwa langit, atau alam semesta—miliaran bintang dan benda langit lainnya—akan musnah oleh api hanya gara-gara satu titik dalam jagat yang mahaluas ini dihuni oleh manusia yang jahat. 
Apakah Anda akan memusnahkan berkilo-kilo meter pantai berpasir hanya karena Anda tidak menyukai sebutir pasirnya? Itu tidak masuk akal! Jadi, Yehuwa pun tidak akan membinasakan seluruh alam semesta karena ada pemberontakan di salah satu planet ciptaan-Nya.

Selain itu, pandangan demikian sama sekali tidak sejalan dengan kata-kata Yesus ini, ”Berbahagialah orang-orang yang berwatak lembut, karena mereka akan mewarisi bumi.” (Matius 5:5; Mazmur 37:29) 
Apakah seorang ayah yang pengasih akan membangun rumah yang nyaman bagi keluarganya lalu membakarnya? (Mazmur 115:16)  Tidak mungkin! Yehuwa bukan saja Pencipta, Ia juga Bapak yang pengasih.—Mazmur 103:13; 1 Yohanes 4:8.

Petrus menggunakan kata ”bumi” dalam arti kiasan, yang memaksudkan masyarakat manusia —dalam hal ini, masyarakat manusia yang jahat. Perhatikan bahwa Petrus mengaitkan peristiwa itu dengan Air Bah pada zaman Nuh. (2 Petrus 3: 5, 6) 
Ketika Air Bah terjadi, hanya orang-orang jahat yang binasa; bumi tetap ada dan Nuh yang adil-benar beserta keluarganya tetap hidup. Sama halnya, Petrus menggunakan kata ”langit” secara simbolis. ”Langit” memaksudkan pemerintahan manusia. Jadi, orang jahat yang tidak bisa diperbaiki lagi akan lenyap; demikian juga, semua pemerintahan yang jahat akan dihancurkan dan digantikan oleh pemerintahan surgawi Allah, atau Kerajaan-Nya.—Daniel 2:44.

Maka, apakah planet bumi akan musnah? Tidak. Yang akan musnah adalah bumi simbolis, yakni masyarakat manusia yang jahat. Bola bumi itu sendiri dan masyarakat manusia yang saleh akan tetap ada selama-lamanya.—Amsal 2: 21, 22.

--------------------------------------
Diambil dari:
Majalah-MENARA-PENGAWAL , peb 2012 
Tiras Tiap Terbitan: 42.182.000, Dalam194 Bahasa 
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa

TUJUAN MAJALAH MENARA PENGAWAL ialah memuliakan Allah Yehuwa, Penguasa Tertinggi alam semesta. Sebagaimana dahulu menara membantu orang memantau perkembangan keadaan dari kejauhan, majalah ini membantu kita memahami makna peristiwa-peristiwa dunia dari sudut pandang nubuat Alkitab. Majalah ini menghibur orang dengan kabar baik bahwa Kerajaan Allah, yakni pemerintahan surgawi yang nyata, akan segera mengakhiri semua kejahatan dan mengubah bumi menjadi firdaus. Majalah ini membina iman akan Yesus Kristus, yang mati agar kita bisa memperoleh kehidupan abadi dan yang sekarang memerintah sebagai Raja Kerajaan Allah. Majalah ini diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa tanpa terputus sejak tahun 1879 dan tidak terkait dengan politik. Publikasi ini berpaut pada Alkitab.

Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan Alkitab sedunia yang ditunjang oleh sumbangan sukarela. Kecuali disebutkan sumbernya, semua kutipan ayat diambil dari Kitab Suci Terjemahan Dunia Baru.

Jika Anda ingin menerima penjelasan lebih lanjut atau mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma, silakan tulis surat kepada Saksi-Saksi Yehuwa, PO Box 2105, Jakarta 10001. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok http://www.watchtower.org/address/article_01.htm atau mengunjungi situs resmi kami http://www.watchtower.org/

Rabu, 09 Mei 2012

KAUM MUDA BERTANYA - Bagaimana supaya aku bisa senang belajar Alkitab?

oleh Kursus Alkitab Cuma-Cuma pada 28 April 2012 pukul 11:48 ·


KAUM MUDA BERTANYA - Bagaimana supaya aku bisa senang belajar Alkitab?

Mengapa belajar Alkitab perlu? 
Coba pikirkan: Alkitab dapat membantumu menemukan harta karun. Buku terlaris ini bisa
-  Menunjukkan kepadamu cara mempersiapkan diri untuk kehidupan yang terbaik
-  Memberi tahu kamu soal masa depan —dan masa lalu—yang takkan kamu dapatkan dari sumber lain mana pun
-  Membantumu mengenali diri sendiri dan menjadi orang yang lebih baik ##

BELAJAR Alkitab itu butuh upaya, tetapi faedahnya besar sekali!
Mau tahu cara beberapa remaja melakukannya? Gunting dan lipatlah halaman berikut. Kamu bisa gunakan keempat halaman ini sebagai referensi praktis tentang caranya teman-temanmu mengatasi berbagai kendala dan memetik manfaat yang sebesar-besarnya dari pelajaran Alkitab pribadi mereka.

”Ada saja hal menarik dalam Alkitab bagi semua orang. Belajar Alkitab itu enggak ada habisnya!” —Valerie.


---------

CARA BELAJAR ALKITAB




Masalahnya: MALAS, Yang kamu butuhkan: MOTIVASI
”Kalau harus duduk belajar sampai satu jam, rasanya enggak sanggup, deh.” —Lena.


Supaya belajar Alkitab mengasyikkan, kamu perlu menjawab pertanyaan, Apa untungnya bagiku? Maukah kamu menjalin persahabatan dengan Allah? memperdalam pemahamanmu tentang berbagai peristiwa di dunia? memperbaiki sifat-sifatmu? Alkitab bisa membantu kamu dalam hal-hal ini—dan masih banyak lagi!

”Belajar Alkitab jangan disamakan dengan bekerja atau dengan belajar di sekolah. Tapi, anggaplah belajar Alkitab sebagai cara untuk semakin akrab dengan Sahabat terbesar kita —Allah Yehuwa.”—Bethany.

”Saat belajar adalah saat kita berdua saja dengan Allah Yehuwa. Kalau kita bergaul dengan seseorang hanya kalau orang tua kita ada di situ, sebenarnya dia sahabat kita apa sahabat orang tua kita? Kalau kita sendiri yang belajar, kita sendiri yang jadi sahabat Yehuwa.”—Bianca.

Ingat: 
”Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran.” (2 Timotius 3:16, Terjemahan Baru) Alkitab bisa membantumu dalam hal-hal tersebut!

”Aku coba fokus pada keuntungannya. Kalau ada yang kurang dalam diriku, belajar Alkitab adalah saatnya aku mencari tahu penyebabnya lalu memperbaikinya.”—Max.

Pikirkanlah: Apa yang bisa menjadi motivasimu untuk belajar?

----------------


Masalahnya: BOSAN ,   Yang kamu butuhkan: KREATIVITAS
 ”Baru belajar 10 menit, rasanya sudah capek; 20 menit, sudah enggak betah; apalagi 30 menit, rasanya mau mati!” —Allisa.

 Gunakan imajinasimu sewaktu memilih apa yang kamu pelajari, cara kamu belajar, atau tempat kamu belajar.
 ”Luangkan waktu untuk meriset berbagai pertanyaan yang terpikir. Kalau kita mempelajari hal yang menjadi tanda tanya bagi kita, kita akan puas, bahkan girang, sewaktu tahu jawabannya.”—Richard.

”Sewaktu membaca tentang suatu kisah, bayangkan diri kita berada di sana. Bayangkan diri kita jadi tokoh utama atau saksi matanya. Coba buat seolah-olah itu nyata.”—Steven.

”Belajarnya dibawa asyik saja. Duduk di halaman belakang sambil ditemani segelas es jeruk. Aku juga suka ngemil sambil belajar. Siapa sih yang enggak suka ngemil?”—Alexandra.

Ingat:
Bosan atau tidak bosan bergantung cara pandangmu. Jadi, jangan bilang ”belajar itu membosankan”, tetapi bilang ”aku yang bosan”. Bertanggung jawablah atas sudut pandangmu itu. Dengan begitu, kamulah yang akan memegang kendali dan kamu akan punya kekuatan untuk mengatasinya.—Amsal 2:10, 11.

”Pelajaran pribadi tidak mesti membosankan. Kita bebas kok mau bikin pelajaran pribadi kayak apa.”—Vanessa

Pikirkanlah: Bagaimana kamu bisa kreatif sewaktu belajar?

----------



Masalahnya: SIBUK,  Yang kamu butuhkan: PRIORITAS
”Maunya sih belajar Alkitab lebih lama, tapi jadwalku padat banget. Yang paling susah itu cari waktu untuk duduk dan belajar!”—Maria

Salah satu segi untuk menjadi dewasa adalah belajar untuk ”memastikan perkara-perkara yang lebih penting”.—Filipi 1:10
”Mama membantu aku menyadari bahwa tidak akan pernah ada yang namanya waktu ekstra. Waktu justru harus disisihkan. Kalau niatnya sudah ada, waktunya pasti ada.”—Natania.

”Seraya usiaku bertambah, aku tahu bahwa aku harus menjadwalkan waktu untuk belajar, dan berpegang pada jadwal itu biarpun ada saja gangguannya.”—Yolanda.

”Kalau kita dahulukan belajar daripada rekreasi, kita bakal lebih menikmati belajar, dijamin deh. Setelah itu, kita bisa rekreasi tanpa merasa ada beban.”—Diana.

Ingat: 
Kalau kamu tidak menetapkan prioritas, kamu akan dikendalikan dan menjadi budak waktu. Jauh lebih baik jika kamu berbuat sesuatu supaya punya waktu untuk belajar. —Efesus 5:15, 16.

”Sebagai anak SMA, ada saja kegiatan yang bikin aku sibuk! Tapi, prioritasku adalah memasukkan pelajaran Alkitab pribadi dalam jadwalku.”—Jordan

Pikirkanlah: Jadwal seperti apa yang bisa kamu buat?

----------

TIPS DARI TEMAN-TEMANMU

Zachary—
Jangan sekadar belajar apa yang dipelajari orang tua atau orang lain. Belajar Alkitab baru bisa dibilang pelajaran pribadi kalau kita sendiri yang ingin tahu tentang sesuatu.

Kaley—
Dikit-dikit aja dulu. Kalau perlu lima menit dulu, tapi tiap hari. Lama-lama akan jadi 10 menit, 15 menit . . . Akhirnya kita akan menikmatinya!

Daniela—
Hal-hal kecil bisa besar pengaruhnya. Cobalah pakai pulpen warna-warni dan buku catatan yang bagus, atau bikin fail di komputer dengan nama ’Pelajaran Pribadi’.

Jordan—
Kalau aku pilih topik yang aku sukai, belajarnya bisa lebih lama. Aku juga butuh suasana yang tenang. Aku enggak bisa belajar kalau tempatnya berisik.



------------------------
Diambil dari:
Majalah-SEDARLAH! , feb 2012 , Rata-rata Pencetakan : 42.042.000 dalam 84 Bahasa
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa

Bahkan dalam dunia yang penuh kesukaran ini, Anda dapat memperoleh kebahagiaan dari pengetahuan Alkitab yang saksama tentang Allah, Kerajaan-Nya, dan maksud-tujuanNya yang menakjubkan bagi umat manusia.
 Jika Anda ingin menerima penjelasan lebih lanjut atau mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma, silakan tulis surat kepada Saksi-Saksi Yehuwa, PO Box 2105, Jakarta 10001. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok http://www.watchtower.org/address/article_01.htm atau mengunjungi situs resmi kami http://www.watchtower.org/

Selasa, 08 Mei 2012

Injil Apokrifa - KEBENARAN TERSEMBUNYI TENTANG YESUS?

oleh Kursus Alkitab Cuma-Cuma pada 17 April 2012 pukul 5:20 ·



”INI menghebohkan. Banyak orang bakal tidak senang.”
”Ini mengubah sejarah awal Kekristenan.”
Kata-kata ini diucapkan oleh para pakar yang dengan gegap gempita menyambut terbitnya ”Injil Yudas”, teks yang dianggap hilang selama lebih dari 16 abad (gambar di atas). 

Injil apokrifa semacam itu kembali diminati. Beberapa orang menyatakan bahwa teks ini mengungkap kejadian penting dan ajaran dari masa hidup Yesus yang selama ini tidak diketahui. Apa injil apokrifa itu? Dapatkah injil tersebut mengajarkan kebenaran yang tidak kita peroleh dari Alkitab tentang Yesus dan Kekristenan?


Injil Kanonis dan Injil Apokrifa
Antara tahun 41 dan 98 M, Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes menulis ”sejarah Yesus Kristus”. (Matius 1:1) Catatan ini kadang-kadang disebut injil, artinya ”kabar baik” tentang Yesus Kristus.—Markus 1:1.

Meskipun ada kisah turun-temurun dan tulisan-tulisan lain tentang Yesus, hanya keempat Injil ini yang dianggap diilhami Allah dan layak menjadi bagian dari Kitab Suci—yang menyediakan ”kepastian akan hal-hal” seputar kehidupan Yesus di bumi dan ajarannya. (Lukas 1:1-4; Kisah 1:1, 2; 2 Timotius 3:16, 17) Keempat Injil ini disebutkan dalam semua daftar kuno Kitab-Kitab Yunani Kristen. Jadi, kekanonisannya—kelayakannya sebagai bagian dari Firman Allah yang terilham—tidak perlu diragukan lagi.

Namun belakangan, muncullah tulisan-tulisan lain yang juga disebut injil. Ini dinamai injil-injil apokrifa. ##

Pada akhir abad kedua, Ireneus dari Lyon menulis bahwa orang-orang Kristen yang murtad memiliki ”sejumlah besar tulisan yang apokrif dan palsu”, termasuk injil-injil yang ”dikarang-karang oleh mereka sendiri, untuk membuat bingung orang-orang bodoh”. Karena itu, injil apokrifa akhirnya dianggap berbahaya untuk dibaca atau bahkan untuk dimiliki.

Tetapi, para biarawan dan penyalin abad pertengahan berupaya melestarikan karya-karya itu. Pada abad ke-19, minat di bidang ini meningkat dan banyak kumpulan teks apokrifa dan variasinya, termasuk beberapa injil, ditemukan. Dewasa ini, ada beberapa injil apokrifa yang diterbitkan dalam banyak bahasa utama.


Injil Apokrifa:
Kisah yang Mengada-ada tentang Yesus
Injil apokrifa sering berkisah tentang orang-orang yang jarang atau tidak pernah diceritakan dalam Injil kanonis. Yang juga diceritakan adalah hal-hal yang konon terjadi semasa Yesus kanak-kanak. Perhatikan beberapa contoh.  ̨ ”Proto-Injil Yakobus”, yang disebut juga ”Kelahiran Maria”, menggambarkan kelahiran dan masa kecil Maria serta perkawinannya dengan Yusuf. Sungguh tepat bahwa injil ini disebut dongeng keagamaan dan legenda. Isinya menandaskan bahwa Maria adalah perawan abadi dan tujuannya jelas-jelas untuk mengagung-agungkan dia.—Matius 1:24, 25; 13:55, 56.

— ”Injil Masa Kecil menurut Tomas” menyoroti masa kecil Yesus—antara usia 5 dan 12 tahun —dan mengisahkan bahwa Yesus melakukan berbagai mukjizat yang kedengaran mengada- ada. (Lihat Yohanes 2:11.) Yesus ditampilkan sebagai anak bandel, pemarah, dan pendendam, yang menggunakan kuasa mukjizatnya untuk membalas dendam kepada guru, tetangga, dan anak-anak lain. Ada yang ia buat buta, cacat, dan bahkan ia bunuh.

—  Beberapa injil apokrifa, misalnya ”Injil Petrus”, menyoroti peristiwa seputar pengadilan, kematian, dan kebangkitan Yesus. Yang lain, misalnya ”Kisah Pilatus”, bagian dari ”Injil Nikodemus”, mengisahkan orang-orang yang terkait dengan peristiwa tersebut. Karena berisi keterangan yang tidak benar dan tokoh yang fiktif, teks-teks ini tidak dapat dipercaya. ”Injil Petrus” berupaya menggambarkan Pontius Pilatus sebagai sosok yang baik dan mencerita- kan kebangkitan Yesus secara berlebihan.


Injil Apokrifa dan Kemurtadan
Pada Desember 1945, dekat Nag Hammadi di Mesir Hulu, beberapa petani tanpa sengaja menemukan 13 manuskrip papirus yang memuat 52 teks. Tulisan-tulisan dari abad keempat ini dianggap mengandung suatu paham keagamaan dan filsafat yang disebut Gnostikisme. Paham ini mencampurkan unsur-unsur mistik, kafir, filsafat Yunani, Yahudi, dan Kristen sehingga mencemari beberapa orang yang mengaku Kristen.—1 Timotius 6:20, 21.

”Injil Tomas”, ”Injil Filipus”, dan ”Injil Kebenaran”, yang terdapat dalam koleksi manuskrip Nag Hammadi, memberikan kesan bahwa berbagai gagasan Gnostik yang mistis berasal dari Yesus. ”Injil Yudas” yang baru-baru ini ditemukan juga bisa disebut injil Gnostik. Di dalamnya, Yudas digambarkan secara positif sebagai satu-satunya rasul yang benar-benar memahami Yesus. Seorang pakar menyatakan bahwa injil ini menggambarkan Yesus sebagai ”guru dan penyingkap hikmat serta pengetahuan, bukan juru selamat yang mati demi dosa dunia”. Sebaliknya, Injil yang terilham mengajarkan bahwa Yesus benar-benar mati sebagai korban untuk dosa dunia. (Matius 20:28; 26:28; 1 Yohanes 2:1, 2) Jelaslah, tujuan injil Gnostik adalah melemahkan, bukannya menguatkan, iman akan Alkitab. —Kisah 20:30.


Keunggulan Injil Kanonis
Setelah dicermati, jelaslah apa sebenarnya injil apokrifa itu. Jika dibandingkan dengan Injil kanonis, injil apokrifa terbukti tidak diilhamkan Allah. (2 Timotius 1:13) Karena ditulis oleh orang-orang yang tidak pernah mengenal Yesus ataupun para rasulnya, injil ini tidak menyingkapkan kebenaran yang tersembunyi tentang Yesus dan Kekristenan. Sebaliknya, isinya adalah kisah rekaan yang dibuat-buat dan tidak benar, yang tidak akan membantu kita mengenal Yesus dan ajarannya.—1 Timotius 4:1, 2.

Di pihak lain, Matius dan Yohanes termasuk di antara ke-12 rasul; Markus teman dekat Petrus, dan Lukas teman dekat Paulus. Mereka menulis Injil dengan bimbingan roh kudus Allah. (2 Timotius 3:14-17) Karena itu, hanya keempat Injil inilah yang kita perlukan untuk percaya bahwa ”Yesus adalah Kristus, Putra Allah”.—Yohanes 20:31.


## Istilah ”apokrifa” berasal dari kata Yunani yang berarti ”menyembunyikan jauh-jauh”. Mulanya, kata ini memaksudkan suatu teks yang dikhususkan bagi para penganut aliran tertentu dan disembunyikan dari orang luar. Tetapi akhirnya, kata itu digunakan untuk memaksudkan tulisan-tulisan yang tidak termasuk dalam kanon Alkitab yang asli.

------------------------



Diambil dari : Majalah-MENARA-PENGAWAL , juni 2012  hlm.15
Rata-rata Pencetakan : 42.182.000 dalam 194 Bahasa, Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa

Bahkan dalam dunia yang penuh kesukaran ini, Anda dapat memperoleh kebahagiaan dari pengetahuan Alkitab yang saksama tentang Allah, Kerajaan-Nya, dan maksud-tujuanNya yang menakjubkan bagi umat manusia.
Jika Anda ingin menerima penjelasan lebih lanjut atau mendapatkan pelajaran Alkitab secara cuma-cuma, silakan tulis surat kepada Saksi-Saksi Yehuwa, PO Box 2105, Jakarta 10001. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok http://www.watchtower.org/address/article_01.htm atau mengunjungi situs resmi kami http://www.watchtower.org/

Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan rohani sedunia. Anda dapat memperolehnya CUMA-CUMA dalam bentuk cetakan-berwarna, format-pdf, atau dibaca-online


Namun, banyak orang bukanlah pendengar yang baik. Mereka lebih suka memberikan nasihat, menceritakan pengalaman, atau menyampaikan pandangan mereka sendiri daripada mendengarkan apa yang orang lain katakan. Mendengarkan memang suatu seni.
Bagaimana kita dapat belajar mendengarkan dengan kasih?



Faktor Penting

Yehuwa adalah ’Instruktur Agung’ kita. (Yesaya 30:20) Ia dapat mengajar kita banyak hal tentang mendengarkan. Perhatikan cara Yehuwa membantu nabi Elia. Karena takut terhadap ancaman Ratu Izebel, Elia melarikan diri ke padang belantara dan menyatakan ingin mati saja. Lalu malaikat Yehuwa datang dan berbicara kepadanya. Seraya sang nabi menceritakan ketakutannya, Yehuwa mendengarkan lalu memperlihatkan kuasa-Nya yang hebat. Hasilnya? Elia tidak takut lagi dan kembali menjalankan tugasnya. (1 Raja 19:2-15) Mengapa Yehuwa meluangkan waktu untuk mendengarkan apa yang menyusahkan hati hamba-hamba-Nya? Karena Ia peduli. (1 Petrus 5:7) Satu faktor penting untuk menjadi pendengar yang baik adalah kepedulian terhadap orang lain, dan perhatian yang tulus kepada mereka.


Sewaktu seorang pria di Bolivia melakukan kesalahan serius, ia bersyukur ketika seorang rekan seiman memberinya perhatian semacam itu. Pria tersebut menjelaskan, ”Saat itu saya merasa sangat terpuruk. Saya mungkin sudah menyerah dan tidak lagi melayani Yehuwa kalau bukan karena seorang saudara yang meluangkan waktu untuk mendengarkan saya. Ia tidak banyak bicara, tetapi saya benar-benar dikuatkan karena mengetahui bahwa ia cukup peduli untuk mendengarkan. Saya tidak butuh solusi; saya tahu apa yang harus saya lakukan. Saya hanya perlu tahu bahwa ada yang peduli akan apa yang saya rasakan. Berkat kesediaannya mendengarkan, saya tidak tenggelam dalam keputusasaan.”


Teladan yang unggul dalam seni mendengarkan dengan kasih adalah Yesus Kristus. Tidak lama setelah kematian Yesus, dua muridnya mengadakan perjalanan ke sebuah desa sejauh 11 kilometer dari Yerusalem. Pastilah mereka merasa kecil hati. Maka, Yesus Kristus yang dibangkitkan mulai berjalan bersama mereka. Ia dengan hati-hati mengajukan pertanyaan untuk menimba isi hati mereka, dan murid-murid itu menanggapinya. Mereka mengutarakan harapan yang selama ini mereka miliki dan kekecewaan serta kebingungan yang sekarang mereka rasakan. Yesus peduli kepada mereka, dan karena ia mendengarkan dengan kasih, kedua murid itu pun siap mendengarkan. Lalu Yesus ”menafsirkan kepada mereka hal-hal mengenai dirinya dalam segenap Tulisan Kudus”.—Lukas 24:13-27.


Mendengarkan terlebih dahulu adalah cara yang pengasih untuk membuat orang lain mendengarkan kita. ”Orang tua dan mertua saya mulai mengkritik cara saya membesarkan anak-anak,” kata seorang wanita Bolivia. ”Saya tidak suka komentar mereka, tetapi saya ragu-ragu apakah saya sudah menjadi orang tua yang baik. Waktu itu, salah seorang Saksi-Saksi Yehuwa berkunjung ke rumah saya. Ia menceritakan kepada saya janji-janji Allah. Namun, dari cara ia meminta pendapat saya, saya tahu orang ini bersedia mendengarkan. Saya mengundangnya masuk, dan tidak lama kemudian saya menceritakan problem saya kepadanya. Ia mendengarkan dengan sabar. Ia bertanya apa yang saya harapkan dari anak-anak saya dan bagaimana pendapat suami saya tentang itu. Senang rasanya bertemu dengan orang yang mau berupaya mengerti saya. Sewaktu ia mulai memperlihatkan apa yang Alkitab katakan tentang kehidupan keluarga, saya tahu saya sedang berbicara dengan orang yang peduli akan situasi saya.”


”Kasih itu . . . tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri,” kata Alkitab. (1 Korintus 13:4, 5) Jadi, mendengarkan dengan kasih menyiratkan bahwa kita perlu mengesampingkan kepentingan kita sendiri. Ini bisa jadi berarti mematikan televisi, meletakkan koran, atau mematikan ponsel sewaktu orang lain menceritakan hal yang serius kepada kita. Mendengarkan dengan kasih berarti kita benar-benar menaruh minat akan apa yang sedang dipikirkan orang lain. Kita harus menahan diri agar tidak berbicara tentang diri sendiri dengan mengatakan hal-hal seperti, ”Saya jadi ingat tentang apa yang belum lama ini saya alami.” Walaupun pernyataan tersebut tidak salah dalam obrolan biasa, kita perlu mengesampingkan kepentingan pribadi sewaktu orang lain membicarakan problem yang serius. Ada lagi cara lain untuk menunjukkan perhatian yang tulus kepada orang lain.



Mendengarkan untuk Memahami Perasaan

Teman-teman Ayub mendengarkan setidaknya sepuluh ceramah Ayub. Meskipun demikian, Ayub berseru, ”Oh, sekiranya ada yang mendengarkan aku!” (Ayub 31:35) Mengapa? Karena cara mereka mendengarkan tidak memberinya penghiburan. Mereka tidak peduli terhadap Ayub dan tidak mau memahami perasaannya. Mereka sama sekali tidak memiliki sikap seperasaan sebagaimana halnya pendengar yang simpatik. Tetapi, rasul Petrus menasihati, ”Hendaklah kamu semua sepikiran, memperlihatkan sikap seperasaan, memiliki kasih sayang persaudaraan, memiliki keibaan hati yang lembut, rendah hati.” (1 Petrus 3:8) Bagaimana kita dapat memperlihatkan sikap seperasaan? Salah satu cara adalah dengan memperlihatkan kepedulian akan perasaan orang lain dan berupaya memahami mereka. Menyatakan komentar yang simpatik seperti ”kamu pasti kesal” atau ”kamu pasti merasa disalahmengerti” adalah satu cara untuk memperlihatkan bahwa kita peduli. Cara lain adalah dengan mengungkapkan kembali apa yang orang tersebut katakan dengan kata-kata kita sendiri, dengan demikian memperlihatkan bahwa kita mengerti apa yang ia katakan. Mendengarkan dengan kasih berarti menaruh perhatian bukan hanya pada kata-katanya tetapi juga perasaan yang tersirat.


Robert adalah seorang rohaniwan sepenuh waktu Saksi-Saksi Yehuwa yang berpengalaman. Ia menceritakan, ”Saya pernah merasa kecil hati dalam pelayanan saya. Jadi, saya meminta waktu untuk berbicara dengan seorang pengawas keliling. Ia mendengarkan dengan sungguh-sungguh dan berupaya memahami perasaan saya. Ia bahkan tampaknya bisa menangkap bahwa saya takut ia akan mengkritik sikap saya. Saudara itu meyakinkan saya bahwa apa yang saya rasakan itu wajar, karena ia sendiri pernah merasakan hal yang sama. Ini benar-benar membantu saya untuk bertekun.”

Dapatkah kita mendengarkan walaupun kita tidak setuju dengan apa yang dikatakan? Dapatkah kita mengatakan kepada seseorang bahwa kita senang ia mau mengungkapkan perasaannya? Tentu saja. Bagaimana jika seorang remaja terlibat perkelahian di sekolah atau seorang remaja putri pulang ke rumah dan mengatakan bahwa ia jatuh cinta? Tidakkah lebih baik bagi orang tua untuk mendengarkan dan berupaya memahami apa yang dipikirkan remaja-remaja itu sebelum menjelaskan tingkah laku apa yang patut dan tidak patut?

”Rancangan dalam hati manusia adalah seperti air yang dalam,” kata Amsal 20:5, ”tetapi orang yang berdaya pengamatanlah yang akan menimbanya.” Jika orang yang berhikmat dan berpengalaman tidak mudah memberikan nasihat tanpa diminta, kita mungkin harus berupaya menimba nasihatnya. Situasinya mirip sewaktu kita mendengarkan dengan kasih. Dibutuhkan daya pengamatan untuk menimba isi hati seseorang. Mengajukan pertanyaan memang membantu, tetapi kita harus berhati-hati agar pertanyaan kita tidak terkesan mencampuri hal-hal pribadi. Mungkin ada baiknya untuk meminta ia mula-mula menceritakan hal-hal yang bisa ia ungkapkan secara leluasa. Misalnya, seorang istri yang ingin berbicara tentang problem perkawinannya mungkin merasa lebih mudah untuk mulai dengan menceritakan bagaimana ia dan suaminya pertama kali berjumpa sampai akhirnya menikah. Seseorang yang menjadi tidak aktif dalam pelayanan Kristen mungkin merasa lebih mudah untuk mulai dengan menceritakan bagaimana ia pertama kali belajar kebenaran.


Mendengarkan dengan Kasih—Tidak Mudah

Mendengarkan orang yang sedang jengkel terhadap kita bisa jadi tidak mudah, sebab kita tentu cenderung membela diri. Bagaimana kita dapat mengatasinya? ”Jawaban yang lemah lembut menjauhkan kemurkaan,” kata Amsal 15:1. Dengan ramah meminta orang tersebut untuk berbicara lalu mendengarkan dengan sabar sewaktu ia menyatakan keluh kesahnya adalah satu cara untuk memberikan jawaban yang lemah lembut.

Perbantahan yang sengit sering terjadi apabila dua orang hanya mengulang-ulangi apa yang telah mereka katakan. Masing-masing merasa yang lainnya tidak mendengarkan. Alangkah lebih baik jika salah seorang dari mereka berhenti berbicara dan benar-benar mendengarkan! Tentu saja, memperlihatkan pengendalian diri dan berbicara dengan cara yang bijaksana serta pengasih sangat penting. Alkitab memberi tahu kita, ”Orang yang menahan bibirnya bertindak bijaksana.”—Amsal 10:19.

Kesanggupan untuk mendengarkan dengan kasih tidak dapat diperoleh secara otomatis. Itu adalah seni yang dapat dipelajari dengan upaya serta disiplin. Tetapi, betapa besar manfaatnya jika kita memiliki kesanggupan ini. Mendengarkan dengan sungguh-sungguh sewaktu orang lain berbicara adalah pernyataan kasih kita, yang turut menambah kebahagiaan kita. Maka, sungguh bijaksana jika kita mengembangkan seni mendengarkan dengan kasih!


[Gambar di hlm. 11]
Sewaktu mendengarkan, kita harus mengesampingkan kepentingan kita sendiri

[Gambar di hlm. 12]
Mendengarkan orang yang sedang jengkel bisa jadi tidak mudah


diambil dari :
majalah-menara-pengawal-nov 2005 hlm. 10-12
Seni Mendengarkan dengan Kasih
Diterbitkan oleh Saksi-Saksi Yehuwa.


Publikasi ini tidak diperjualbelikan, dan disediakan sebagai bagian dari pekerjaan pendidikan rohani sedunia. Anda dapat memperolehnya CUMA-CUMA dalam bentuk cetakan-berwarna, format-pdf, atau dibaca-online

Untuk mengetahui lebih banyak nasihat Alkitab yang praktis, silakan hubungi Saksi-Saksi Yehuwa di daerah Anda. Atau, Anda dapat menulis ke alamat yang cocok atau mengunjungi situs resmi kami http://www.watchtower.org/